Tuan Egois

3/05/2015 01:13:00 PM 0 Comments A+ a-

Sebelumnya aku mau bertanya pada Tuhan, siapa yang salah dari ini semua, dari rasa yang perlahan tumbuh dan semakin terasa, dari rindu yang semakin hari semakin menggebu, dan dari sakit yang terasa atas keegoisan kita.

Hai Tuan Egois :)
Sebenarnya siapa yang egois diantara kita, siapa yang lebih kaku fikiran diantara kita? aku? atau kamu?
Katamu, Akulah yang terlalu kaku, akulah yang terlalu sulit untuk dipatahkan, akulah yang terlalu egois. Lalu? bagaimana dengan kamu? yang maunya menang sendiri, yang maunya ini itu dan harus dituruti kemanapun kamu pergi, bagaimana dengan sifatmu yang seperti itu? Ahsudahlah, tak ada gunanya juga ketika semuanya di perdebatkan.
Sejujurnya, kalau boleh menyalahkan, aku ingin menyalahkan waktu yang tak adil, yang sengaja menjebakku dlaam sebuah kejaidan dan membuatku mengenalnya, bahkan lebih akrab dengannya. Kalau boleh menyalahkan, aku ingin menyalahkan sebuah rasa sakit yang ada dalam diriku saat itu, rasa yang membawaku berjalan jauh untuk memasuki kehidupanmu.
Keras kepala, egois, terlalu kaku itu adalah jadi kombinasi yang komplit, yang membuat kita selalu beradu mulut setiap harinya. Kalau boleh meminta aku tak pernah ingin sejauh ini denganmu, hingga berada dalam suatu pilihan yang sesungguhnya sangat sulit untuk kulakukan. Bertahan dengan semua yang membuat kita semakin menjauh atau menjauh dengan semua rasa yang sungguh masih tertinggal sangat dalam di hatiku.
Kalau boleh bilang bahwa egoismu adalah sebuah rasa candu untukku, egoismu adalah satu hal yang selalu membuatku mengingat bahwa kamu adalah satusatu nya lelaki egois yang pernah mendekap erat diriku dalam peluk ketika aku terjatuh, dan sekarang juga kamulah lelaki egois yang telah membuatku jatuh. Bahwa dulu kamulah lelaki egois yang berbaik hati menuntunku bangkit dari lubang penuh rasa sakit, dan sekarang kamu jugalah yang membuatku kembali merasakan hal yang sama. Bahwa dulu kamulah yang mambantuku mewarnai hariku yang bisa dibilang sudah sangat abu-abu. Kini kamulah yang kembali mengabu-abukan duniaku, menghilangkan segala warna yang pernah kita lukis dulu.

Hai Tuan Egois,
Tidakkah kau sadar, bahwa ada yang diam-diam disini masih mengharapkanmu kembali, kembali untuk membuat sebuah tawa, meskipun pada akhirnya kerasnya kita menghancurkan semua. Tidakkah kau tau bahwa disini ada yang diam-diam merindukanmu, diam-diam merasakan sesak yang menggebu dalam dada. tidakkah kau faham itu? semua rasa yang terasa sekarang. Atau haruskah aku meminta pada Tuhan agar merubah tempat kita? dimana kamulah yang harus menekan rasa egoismu dan aku lah yang tertawa dengan keegoisanku.


Aku tau kita samasama punya rasa egois, aku tau kita samasama batu, dan aku tau kita samasama kaku, tapi bisakah kamu mengerti bahwa diantara kita masih ada sisasisa rasa yang dulu pernah tumbuh menggebu gebu, kembalilah :') meskipun kita samasama tau bahwa kita samasama susah untuk mengendalikan egois yang ada, tapi percayalah rasa yang ada mampu mengalahkan egoisme kita.

Dari wanitamu,
yang selalu
kau sebut-sebut batu

Baca doang? Sini sedekah komentar :) nanti gue kunjungin balik kok :D
Buat yang belum ada akun buat komentar, bisa komentar pake "anonymous" :)