Menulis masa lalu #4
Semuanya masih sama, aku terlalu malu untuk mengatakan semuanya. Malah parahnya aku jadi bisu. Bisu tentang hal itu. Aku hanya kembali diam, tak mengatakan apapun. Dan sejak saat itu kami hanya sekedar duduk bersebelahan yang seperti orang asing. Masih mending orang asing, bisa bertutur sapa untuk sekedar kenalan, kita? sama sama seperti orang angkuh yang enggan untuk menyapa, padahal sekarang ini dalam hati ingin sekali mengatakan hal yang sama. Lebih dari itu, aku harus melawan rasa bahagiaku sendiri. Sebuah keadaan yang sebenarnya sederhana, tapi terlalu susah untuk aku mengerti. Meluapkannya pun tak mudah, dan lagi lagi egoismeku yang menang kali ini.
Hatiku berkecamuk, bukan tanpa alasan aku memilih diam, bukan tanpa alasan aku memilih untuk memendam, juga bukan tanpa alasan aku tak mengungkapkan. Wallpaper HP yang ia pegang adalah satu-satunya alasan kuat untuk aku menyembunyikan semua yang aku rasakan. Sebenarnya, aku hanya takut salah faham, meskipun rasa kita sama, tapi wanita yang di layar handphone nya itu siapa?
Dan beberapa jam dari dia mengatakan semuanya, aku memutuskan untuk menanyakan siapa wanita itu.
"Bukannya yang di wallpaper hp lo itu cewek lo?". Ada perasaan yang mencekat ketika aku menanyakan ini padanya.
"Hmm".
"Terus? Kok lo gitu ke gue?".
"Dia itu cinta pertama gue. Gue juga gaktau kenapa dia sebego itu, nggak nyadar kalo gue beneran banget sayang sama dia, malah nuduh gue pasang foto cewek lain di hp gue, persis kayak lo sekarang nih, tapi lucu banget ngeliat dia polos kayak gitu"
"Hmm, jadi itu cewek lo?"
"Bukan, gue udah ngungkapin semua rasa gue ke dia, tapi gue juga belom dapet jawaban darinya, padahal gue yakin dia juga punya rasa yang sama dengan gue"
"Kok gitu?"
"Gue juga gaktau. Lo mau liat gak muka cewek di hp gue, yakin deh, lo tadi ngeliatnya cuman samar-samar doang kan?"
"Ehm. Boleh". Bibirku serasa bergetar, memberanikan diri untuk terima bahwa aku? aku bukan apa apanya, meski dia mengatakan seperti itu tadinya.
"Nih, coba lo liat".
Aku mengambil handphone nya, melihat bahwa yang di layar handphone nya itu?
"Kok?" sebelum aku melanjutkan perkataanku, dia sudah memutusnya terlebih dahulu.
"Iya itu lo tar, gue udah jelasin kan ke lo, setelah pertemuan itu gue berharap kita lebih dari sekedar kenal biasa, gue berharap lo bisa jadi orang yang mau ngejalanin semuanya bareng bareng sama gue. Gue sengaja naruh foto lo di wallpaper hp gue, sengaja biar gue inget lo terus. Alay emang kedengarannya, tapi itu yang ngebuat gue yakin kalo lo juga punya rasa yang sama dengan gue".
Kali ini egoisku yang kalah, aku meleleh dengan perasaanku sendiri, bercampur jadi satu. Kuletakkan kepalaku di pundaknya, bukan tanpa sengaja, tapi aku memang sengaja, berharap dia mengerti bahwa ini adalah sebuah tanda, tanda bahwa aku meng-iya-kan tawarannya untuk menemaninya berjalan bersama, yang dalam artian adalah aku memilih untuk bersama dengannya.
Dengan kepala yang masih bersandar di kepalanya, juga dengan tawa kecil saat itu, aku mengungkapkan semuanya.
"Lucu ya, selama ini gue ternyata memendam rasa yang sama, yang gue sendiri gak pernah kefikiran kalo gue bakal ketemu lo disini, gue bener bener gak ngerti sama semua ini."
"Yang lucu itu lo sama kepolosan lo. Jelas jelas itu wallpaper foto lo, masih aja tanya."
"Yakan gue juga gak jelas ngeliatnya. Bego ya gue, daritadi diem dan gak berani ngungkapin semua."
"Ya itulah lo, yang gak pernah berani ngomong dan selalu keliatan polos. Tapi gue sayang kok sama lo."
"Gue cinta sama lo."
Geli rasanya ketika bilang cinta, tapi setidaknya aku lega, semua yang terpendam sekarang tumpah. Ada usapan rambut yang kubalas dengan lingkaran tangan di pinggang. Ada senyum juga tawa kecil yang melintas di bibir kita. Rasanya semuanya tak bisa dimengerti. Sisa perjalanan kala itu kita habiskan berdua, bukan dengan cara berdiam diri, juga bukan lagi dengan duduk berdua seperti orang asing yang tak pernah kenal, tapi dengan percakapan juga sesekali pelukan hangat. Walau masih terlintas pertanyaan, tentang cinta pertama, tentang kebetulan, juga tentang takdir pertemuan.