Bisa?
Kali ini aku menyerah untuk berdiam diri dan menepis segala pertanyaan di hati.
Aku kalah untuk menahan egoismeku sendiri. Aku kalah.
Tentang sebuah perbedaan yang aku sendiri sulit untuk memahami. Dan mungkin, terlalu klasik untuk ditulis disini. Tapi biarlah, setidaknya fikiranku bebas bergerak diantara ruang ruang tulisan ini.
Adakah yang lebih sulit dicerna selain kata berbeda?
Adakah yang lebih sulit dipahami selain diri sendiri?
Pertanyaan itu terus terngiang di fikiranku, seolah otakku penuh, penuh atas segala pertanyaan yang aku sendiri saja tak pernah memahami itu. Dan parahnya, untuk kesekian kalinya aku tak tau harus bertanya pada siapa.
Tentang sebuah perbedaan, masalah klasik yang sering jadi rumit. Bukankah kata orang perbedaan itu indah? Bukankah terkadang perbedaan itu bisa jadi perekat untuk semakin dekat? Aku tau banyak hal di dunia ini yang berbeda, bahkan di tempat aku menulis ini, aku sudah melihat banyak hal yang berbeda disini. Tapi nyatanya perbedaan itu bisa jadi satu, bisa jadi indah, bahkan bisa jadi rindu saat jauh.
Tapi coba tanyakan pada perbedaan yang satu ini. Perbedaan dua keyakinan yang terkadang tak terasa semakin dekat karena satu perasaan. Tentu aku tak perlu menjelaskan lagi apa yang kumaksud dari tulisan ini.
Apa yang indah dari sebuah perbedaan keyakinan? Apa yang indah dari dua orang yang saling jatuh hati tapi berbeda keyakinan diri? Apa yang indah dari dua orang yang mencoba menahan masing masing egoisme diri? Apa yang indah? Sama sama saling menahan perasaan di hati, tak saling mengungkapkan agar tak jadi perpisahan, saling memendam agar tak terlalu jauh membawa perasaan, padahal mereka sadar, bahwa mereka saling punya perasaan yang sama. Bahkan puncak sakitnya ketika mereka mencoba saling menjauh tapi selalu ada jalan untuk tak saling jauh. Sakit bukan? Ketika kita berbeda tapi tak mampu untuk menyatukannya.
Belajar dari adat dan budaya yang berbeda, punya keanekaragaman tapi bisa saling bersama. Lalu bisakah kita seperti itu? Membiasakan diri untuk menjadi satu? Melupakan bahwa kita berbeda, lalu ada satu celah untuk kita bersama, bisa? Bisakah segala rindu yang selama ini terpendam nantinya bisa terurai bersama kamu? Bisakah suatu saat nanti kita melewati segala perdebatan hanya untuk memutuskan sebuah jalan? Aku ke kamu, atau kamu ke aku? Bisa? Rasanya mustahil untuk mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan itu, ketika aku tau hal yang bisa menjembatani segalanya tak bisa menjembatani perbedaan kita.
16 komentar
Write komentarAdakah yang lebih sulit dipahami selain diri sendiri?
ReplyAda mba, jalan pikiran wanita :D
Haha :D ciee pengalaman yaak :p
Replyjangan galau mulu ;)
ReplyBukan pengalaman lagi mba, emang gitu sih yang nama'a cewe :D *peace mba :D
Replyaaah perbedaan
Replyaduh ini postnya kok berasa miris banget gue bacanya mbak, kalau soal perbedaan mah,,,itu tergantung kitannya maing masing, ada orang yang bisa menahan egoisnya ada juga yag enggak
Replysedih banget bacanya
ReplyHehe engga :)
Reply:D kenapa?
ReplyHaha beda itu ... Indonesia kok :D *nahloh gue malah orasi* Wkwk
ReplyPukpuk :( hiks
ReplyKak chis atiati. Yg komentar dibawah cewek semua loh :D Haha.
Replytentang perbedaan, yang berbeda harus bisa menjadi sesuatu atau gimana ya ,gue bingung,
ReplyTentang perbedaan, tak harus jadi satu, hanya perlu sejajar, berjalan beriringan, itu sudah lebih dari cukup :D
ReplyTentang perbedaan, tak harus jadi satu, hanya perlu sejajar, berjalan beriringan, itu sudah lebih dari cukup :D
ReplyBaca doang? Sini sedekah komentar :) nanti gue kunjungin balik kok :D
Buat yang belum ada akun buat komentar, bisa komentar pake "anonymous" :)