Segeralah, bawa aku pulang.

9/30/2015 08:19:00 PM 28 Comments A+ a-

Baiknya aku menidurkan diri, karena aku sadar perjalanan masih panjang. Jarak tempuh semarang dari sidoarjo bukanlah jarak yang dekat, aku tau itu, bahkan aku faham. Tapi sayangnya mataku tak terpejam, sedikitpun, meski kutau ini sudah larut malam, sudah selayaknya rasa kantuk itu hinggap diantara perjalanan panjang. Jendela kereta seolah jadi pemandangan, sesekali hamparan luas persawahan, namun terkadang suasana hiruk pikuk keadaan kota disebuah sudut malam. Sesekali kutengok jam, dan baru aku sadar ini jam dua belas malam. Sudah selarut ini kah aku duduk disini? menghabiskan perjalanan sendiri, diselingi dengan lamunan di sebuah pojok deretan kursi kereta api?

Malam itu, langit cerah menampakkan menampakkan keindahannya, turut juga si bulan, berperan menampilkan diri dengan purnamanya, yang sedikit banyak dihiasi bintang bintang disekitarnya. Malam itu, segala seolah mendukung untukku menghabiskan malam perjalanan dengan mata tak terperjam, seolah ingin mengingatkan, bahwa semarang kini jadi satusatunya kota pilihan. Aku juga masih tak habis fikir, bisa sejauh ini dari tempat dimana biasanya aku pulang, rumah. Sedemikian jauh, sedemikian pula aku merindukan segala hal kecil tentangnya, tentang sudut sudut kamar yang mewakili segala perasaan, tentang segala rindu yang terwakilkan dengan segala curhatan, di sebuah pojokan kamar. Juga tentang segala hal yang selalu membuat kenangan.

Bahkan puncaknya, ketika wanita itu melepasku dengan sebuah ciuman, dengan salam yang selalu ada dalam ingatan, dengan pesan yang hingga kini masih saja terngiang. Rasanya hancur, ada penyesalan dengan sebuah keputusan yang kuambil kali ini, bukan tak mengerti, tapi rasanya ini sebuah tuntutan diri. Sudahlah. Batinku yang sedari tadi berkecamuk, kini mencoba berdamai, menenangkan diri, walau rasanya mustahil jika aku bisa berdamai dengan semua ini. Bukan apa-apa, tapi aku hanya takut saja wanita itu kenapa kenapa, karena jujur saja dia sangat berharga.

Malam itu, langit, bulan, bintang, kenangan juga penyesalan bercampur menjadi satu, turut juga kamu yang sesekali hinggap di fikiranku, tapi nyatanya sesegeralah ku tepis tentang kamu, agar tak memperparah keadaan waktu itu.
Malam itu, seolah semua menjadi hal baru, yang kedepannya akan menumbuhkan rindu, bukan kepada kamu, tapi kepada wanita itu, wanita yang selalu faham akan perasaanku.
Dan semarang, sesegeralah bawa aku pulang.

28 komentar

Write komentar
2 Oktober 2015 pukul 21.28 delete

kangen saama ibunya yah mbak? wah sama aku juga, beda pulau malahan :(

Reply
avatar
Muhae
AUTHOR
4 Oktober 2015 pukul 12.21 delete

rindu rumah rindu mamak, ya kan, kak?

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
7 Oktober 2015 pukul 11.06 delete

Iya nih :( wah beda pulau? jarang pulang dong hehe.Tetep semangat yaak \:D/

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
7 Oktober 2015 pukul 11.07 delete

Kamu faham sekali kakak :D Ahaha.

Reply
avatar
Eksapedia
AUTHOR
7 Oktober 2015 pukul 15.26 delete

Semarang mbak ??
ane Kendal mbak, deket dong :D
gimana mau dianter pulang mau ?? Hehehe

Reply
avatar
Yoga Akbar S.
AUTHOR
7 Oktober 2015 pukul 23.26 delete

Sebuah pesan rindu kepada ibu yang diutarakan lewat kata-kata yang manis. Hehe :))
Tapi agak bingung sama kata menampakkan menampakkan? Itu kenapa double, ya? :/

Reply
avatar
Chiisana
AUTHOR
9 Oktober 2015 pukul 13.46 delete

Jadi kangen Ibu :')
Sudah 10 tahun tidak bertemu :'(

Reply
avatar
teguh dumadi
AUTHOR
10 Oktober 2015 pukul 02.14 delete

hati ini merasa sepi di malam hari yang begitu sunyi saat perjalananku keliling komplek peruri dengan mengendarai kereta mini.
salut deh sama mba silvi, puitis pake banget.

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Oktober 2015 pukul 19.28 delete

Haha semarang simpang lima.
sudah bisa pulang sendiri kok kak :D haha

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Oktober 2015 pukul 19.29 delete

Thanks :)
Sepertinya gue typo :D haha.

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Oktober 2015 pukul 19.29 delete

Kangen? samperin emaknya dong :)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Oktober 2015 pukul 19.30 delete

Nggak sampek nangis berember ember kan? :D

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Oktober 2015 pukul 19.30 delete

Pukpuk ya kak nchis :')

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
12 Oktober 2015 pukul 19.31 delete

Kok aku jadi gaknyambung ya sama kereta mininya hehe.

Engga pake banget kok kak :)

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
14 Oktober 2015 pukul 09.58 delete

ini sudah semangat kok \:D/

Reply
avatar
Muhae
AUTHOR
16 Oktober 2015 pukul 09.21 delete

iya aku coba memahami perasaaanmu walaupun itu sulit :D

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
21 Oktober 2015 pukul 14.08 delete

Iya terserah kak irwin aja. Daripada nanti ditanya maunya apa :D Haha.

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
21 Oktober 2015 pukul 14.10 delete

Ehm, ini apa? Hahaha :p

Reply
avatar
Gisa Astania
AUTHOR
4 Januari 2016 pukul 21.55 delete

sama, aku juga anak rantau yang kadang kangen sama kota yang kita sebut rumah.

Reply
avatar

Baca doang? Sini sedekah komentar :) nanti gue kunjungin balik kok :D
Buat yang belum ada akun buat komentar, bisa komentar pake "anonymous" :)