Bisa?

10/10/2015 08:52:00 PM 16 Comments A+ a-

Kali ini aku menyerah untuk berdiam diri dan menepis segala pertanyaan di hati.
Aku kalah untuk menahan egoismeku sendiri. Aku kalah.
Tentang sebuah perbedaan yang aku sendiri sulit untuk memahami. Dan mungkin, terlalu klasik untuk ditulis disini. Tapi biarlah, setidaknya fikiranku bebas bergerak diantara ruang ruang tulisan ini.

Adakah yang lebih sulit dicerna selain kata berbeda?
Adakah yang lebih sulit dipahami selain diri sendiri?
Pertanyaan itu terus terngiang di fikiranku, seolah otakku penuh, penuh atas segala pertanyaan yang aku sendiri saja tak pernah memahami itu. Dan parahnya, untuk kesekian kalinya aku tak tau harus bertanya pada siapa.

Tentang sebuah perbedaan, masalah klasik yang sering jadi rumit. Bukankah kata orang perbedaan itu indah? Bukankah terkadang perbedaan itu bisa jadi perekat untuk semakin dekat? Aku tau banyak hal di dunia ini yang berbeda, bahkan di tempat aku menulis ini, aku sudah melihat banyak hal yang berbeda disini. Tapi nyatanya perbedaan itu bisa jadi satu, bisa jadi indah, bahkan bisa jadi rindu saat jauh.

Tapi coba tanyakan pada perbedaan yang satu ini. Perbedaan dua keyakinan yang terkadang tak terasa semakin dekat karena satu perasaan. Tentu aku tak perlu menjelaskan lagi apa yang kumaksud dari tulisan ini.
Apa yang indah dari sebuah perbedaan keyakinan? Apa yang indah dari dua orang yang saling jatuh hati tapi berbeda keyakinan diri? Apa yang indah dari dua orang yang mencoba menahan masing masing egoisme diri? Apa yang indah? Sama sama saling menahan perasaan di hati, tak saling mengungkapkan agar tak jadi perpisahan, saling memendam agar tak terlalu jauh membawa perasaan, padahal mereka sadar, bahwa mereka saling punya perasaan yang sama. Bahkan puncak sakitnya ketika mereka mencoba saling menjauh tapi selalu ada jalan untuk tak saling jauh. Sakit bukan? Ketika kita berbeda tapi tak mampu untuk menyatukannya.

Belajar dari adat dan budaya yang berbeda, punya keanekaragaman tapi bisa saling bersama. Lalu bisakah kita seperti itu? Membiasakan diri untuk menjadi satu? Melupakan bahwa kita berbeda, lalu ada satu celah untuk kita bersama, bisa? Bisakah segala rindu yang selama ini terpendam nantinya bisa terurai bersama kamu? Bisakah suatu saat nanti kita melewati segala perdebatan hanya untuk memutuskan sebuah jalan? Aku ke kamu, atau kamu ke aku? Bisa? Rasanya mustahil untuk mendapatkan jawaban dari segala pertanyaan itu, ketika aku tau hal yang bisa menjembatani segalanya tak bisa menjembatani perbedaan kita.

Diam diam.

9/30/2015 08:24:00 PM 0 Comments A+ a-

Debarannya masih terasa sama, lebih jelas lagi saat di dekatnya, meski pada nyatanya ada jarak diantara kita. Degupan jantung itu terasa semakin cepat, ditambah lagi kerongkonganku serasa tercekat. Tubuhku kaku, seakan semua membeku. Mulutku keluh untuk mengucapkan sesuatu. Logika dan hatiku seakan beradu, berusaha untuk menjadi nomor satu. Walau pada nyatanya mereka sama sama rapuh.

Terkadang lucu ketika kita memperjuangkan sesuatu. Meski yang ku sebut sesuatu itu bukan milikku. Seperti berdiri dalam sebuah bangunan yang rapuh, tapi kita enggan untuk berpindah dari situ. Sama seperti cinta diam diam. Enggan mengungkapkan tapi masih memperjuangkan. Enggan mengucap rindu tapi hati selalu ingin bertemu. Enggan untuk menyapa walau sering lewat dalam pandangan mata.
Berjuang dalam cinta diam diam, seolah seperti kapal berlobang yang menunggu karam secara perlahan. Hanya bisa menatap dari kejauhan, merindu dari perasaan yang terdalam, memeluk dari rapalan doa yang dipanjatkan. Kadang rasanya konyol, ketika dalam jarak sedekat ini aku masih saja diam diam. Diam diam memperhatikan, diam diam pula menikmati senyummu dari kejauhan. Jauh dari dasar nyata, tapi begitu dekat dengan dasar semu. Iya semu.

Ada kalanya aku tertawa senang, melihatmu tertawa lepas dari kejauhan. Adakalanya aku rindu, rindu senyumanmu, meski aku tau aku ini siapamu? Ah itulah cinta diam diam, yang selalu membuatku merasa bahagia walau hanya dalam kejauhan mata.

Segeralah, bawa aku pulang.

9/30/2015 08:19:00 PM 28 Comments A+ a-

Baiknya aku menidurkan diri, karena aku sadar perjalanan masih panjang. Jarak tempuh semarang dari sidoarjo bukanlah jarak yang dekat, aku tau itu, bahkan aku faham. Tapi sayangnya mataku tak terpejam, sedikitpun, meski kutau ini sudah larut malam, sudah selayaknya rasa kantuk itu hinggap diantara perjalanan panjang. Jendela kereta seolah jadi pemandangan, sesekali hamparan luas persawahan, namun terkadang suasana hiruk pikuk keadaan kota disebuah sudut malam. Sesekali kutengok jam, dan baru aku sadar ini jam dua belas malam. Sudah selarut ini kah aku duduk disini? menghabiskan perjalanan sendiri, diselingi dengan lamunan di sebuah pojok deretan kursi kereta api?

Malam itu, langit cerah menampakkan menampakkan keindahannya, turut juga si bulan, berperan menampilkan diri dengan purnamanya, yang sedikit banyak dihiasi bintang bintang disekitarnya. Malam itu, segala seolah mendukung untukku menghabiskan malam perjalanan dengan mata tak terperjam, seolah ingin mengingatkan, bahwa semarang kini jadi satusatunya kota pilihan. Aku juga masih tak habis fikir, bisa sejauh ini dari tempat dimana biasanya aku pulang, rumah. Sedemikian jauh, sedemikian pula aku merindukan segala hal kecil tentangnya, tentang sudut sudut kamar yang mewakili segala perasaan, tentang segala rindu yang terwakilkan dengan segala curhatan, di sebuah pojokan kamar. Juga tentang segala hal yang selalu membuat kenangan.

Bahkan puncaknya, ketika wanita itu melepasku dengan sebuah ciuman, dengan salam yang selalu ada dalam ingatan, dengan pesan yang hingga kini masih saja terngiang. Rasanya hancur, ada penyesalan dengan sebuah keputusan yang kuambil kali ini, bukan tak mengerti, tapi rasanya ini sebuah tuntutan diri. Sudahlah. Batinku yang sedari tadi berkecamuk, kini mencoba berdamai, menenangkan diri, walau rasanya mustahil jika aku bisa berdamai dengan semua ini. Bukan apa-apa, tapi aku hanya takut saja wanita itu kenapa kenapa, karena jujur saja dia sangat berharga.

Malam itu, langit, bulan, bintang, kenangan juga penyesalan bercampur menjadi satu, turut juga kamu yang sesekali hinggap di fikiranku, tapi nyatanya sesegeralah ku tepis tentang kamu, agar tak memperparah keadaan waktu itu.
Malam itu, seolah semua menjadi hal baru, yang kedepannya akan menumbuhkan rindu, bukan kepada kamu, tapi kepada wanita itu, wanita yang selalu faham akan perasaanku.
Dan semarang, sesegeralah bawa aku pulang.

Setengah dari hidupku.

9/04/2015 08:03:00 AM 5 Comments A+ a-

Paras wajahnya memang sudah tak asing lagi. Kedua mata bulatnya, hidung mancungnya, juga kacamata yang menggantung diantara tulang hidungnya. Tulang wajahnya yang tirus, selalu membuatku ingat kata katanya. Dia lelaki yang sempurna bagiku, meski semuanya tau masih banyak kekurangan yang terlihat darinya. Tutur katanya selalu terasa lembut, sikapnya menawan hati, membuat diriku tak ingin membantah semua perkataannya. Meski seringkali aku malah asyik sendiri. 

Iya, asyik dengan duniaku sendiri.

Dia selalu ada dalam hidupku, tak sekalipun aku tak ingat dengannya. Dia adalah lelaki yang selalu membuat pelangi di hidupku. Mewarnai segala ke abu abuanku. Mendampingiku mewarnai kertas putih di halaman selanjutnya. Lelaki berpostur kurus tinggi ini selalu mengajarkanku arti sebuah setia, cinta, juga kesederhanaan. Lebih dari itu masih banyak lagi yang dia ajarkan, hingga tak pernah bisa kujelaskan. 
Lelaki ini selalu memberi senyum di hidupku, meski terkadang aku membuatnya bersedih karena kekanak kanakanku. Dia sempurna.
 
Hingga saat itu tiba, Tuhan lebih memilih memisahkan aku dan dia. Tuhan lebih memilih aku jauh dari dia. Hingga timbul rasa sakit yang berkecamuk dalam hati. Rasa kehilangan yang mendalam. Kau tau? Itu sungguh menyakitkan. Tuhan tau betapa aku sayang, tapi tuhan malah memisahkan. Kau tau? Sejak saat itu aku harus melawan segala emosi yang bergejolak dalam hati. Menerima segala kenyataan bahwa kini sosoknya sudah tak terlihat lagi. Tapi, sejak saat itu pula aku sadar, hidup masih harus terus berjalan, tanpanya atau dengannya. Walau pada akhirnya aku harus memilih mewarnai kertas putih itu sendiri, mewarnai segala abu abu itu sendiri, juga melangkah sendiri meski awalnya tertatih.

Bukan tulang rusukku, tapi setengah dari hidupku. Ayah :)
Bahagia bersamamu itu sederhana, bertemu denganmu sesekali, meski dalam mimpi.

Menulis masa lalu #4

9/03/2015 12:20:00 AM 25 Comments A+ a-

Semuanya masih sama, aku terlalu malu untuk mengatakan semuanya. Malah parahnya aku jadi bisu. Bisu tentang hal itu. Aku hanya kembali diam, tak mengatakan apapun. Dan sejak saat itu kami hanya sekedar duduk bersebelahan yang seperti orang asing. Masih mending orang asing, bisa bertutur sapa untuk sekedar kenalan, kita? sama sama seperti orang angkuh yang enggan untuk menyapa, padahal sekarang ini dalam hati ingin sekali mengatakan hal yang sama. Lebih dari itu, aku harus melawan rasa bahagiaku sendiri. Sebuah keadaan yang sebenarnya sederhana, tapi terlalu susah untuk aku mengerti. Meluapkannya pun tak mudah, dan lagi lagi egoismeku yang menang kali ini.

Hatiku berkecamuk, bukan tanpa alasan aku memilih diam, bukan tanpa alasan aku memilih untuk memendam, juga bukan tanpa alasan aku tak mengungkapkan. Wallpaper HP yang ia pegang adalah satu-satunya alasan kuat untuk aku menyembunyikan semua yang aku rasakan. Sebenarnya, aku hanya takut salah faham, meskipun rasa kita sama, tapi wanita yang di layar handphone nya itu siapa?

Dan beberapa jam dari dia mengatakan semuanya, aku memutuskan untuk menanyakan siapa wanita itu.

   "Bukannya yang di wallpaper hp lo itu cewek lo?". Ada perasaan yang mencekat ketika aku menanyakan ini padanya.
   "Hmm".
   "Terus? Kok lo gitu ke gue?".
   "Dia itu cinta pertama gue. Gue juga gaktau kenapa dia sebego itu, nggak nyadar kalo gue beneran banget sayang sama dia, malah nuduh gue pasang foto cewek lain di hp gue, persis kayak lo sekarang nih, tapi lucu banget ngeliat dia polos kayak gitu"
   "Hmm, jadi itu cewek lo?"
   "Bukan, gue udah ngungkapin semua rasa gue ke dia, tapi gue juga belom dapet jawaban darinya, padahal gue yakin dia juga punya rasa yang sama dengan gue"
   "Kok gitu?"
   "Gue juga gaktau. Lo mau liat gak muka cewek di hp gue, yakin deh, lo tadi ngeliatnya cuman samar-samar doang kan?"
    "Ehm. Boleh". Bibirku serasa bergetar, memberanikan diri untuk terima bahwa aku? aku bukan apa apanya, meski dia mengatakan seperti itu tadinya.
    "Nih, coba lo liat".

Aku mengambil handphone nya, melihat bahwa yang di layar handphone nya itu?

   "Kok?" sebelum aku melanjutkan perkataanku, dia sudah memutusnya terlebih dahulu.
   "Iya itu lo tar, gue udah jelasin kan ke lo, setelah pertemuan itu gue berharap kita lebih dari sekedar kenal biasa, gue berharap lo bisa jadi orang yang mau ngejalanin semuanya bareng bareng sama gue. Gue sengaja naruh foto lo di wallpaper hp gue, sengaja biar gue inget lo terus. Alay emang kedengarannya, tapi itu yang ngebuat gue yakin kalo lo juga punya rasa yang sama dengan gue".

Kali ini egoisku yang kalah, aku meleleh dengan perasaanku sendiri, bercampur jadi satu. Kuletakkan kepalaku di pundaknya, bukan tanpa sengaja, tapi aku memang sengaja, berharap dia mengerti bahwa ini adalah sebuah tanda, tanda bahwa aku meng-iya-kan tawarannya untuk menemaninya berjalan bersama, yang dalam artian adalah aku memilih untuk bersama dengannya.
Dengan kepala yang masih bersandar di kepalanya, juga dengan tawa kecil saat itu, aku mengungkapkan semuanya.
    "Lucu ya, selama ini gue ternyata memendam rasa yang sama, yang gue sendiri gak pernah kefikiran kalo gue bakal ketemu lo disini, gue bener bener gak ngerti sama semua ini."
    "Yang lucu itu lo sama kepolosan lo. Jelas jelas itu wallpaper foto lo, masih aja tanya."
    "Yakan gue juga gak jelas ngeliatnya. Bego ya gue, daritadi diem dan gak berani ngungkapin semua."
    "Ya itulah lo, yang gak pernah berani ngomong dan selalu keliatan polos. Tapi gue sayang kok sama lo."
    "Gue cinta sama lo."

Geli rasanya ketika bilang cinta, tapi setidaknya aku lega, semua yang terpendam sekarang tumpah. Ada usapan rambut yang kubalas dengan lingkaran tangan di pinggang. Ada senyum juga tawa kecil yang melintas di bibir kita. Rasanya semuanya tak bisa dimengerti. Sisa perjalanan kala itu kita habiskan berdua, bukan dengan cara berdiam diri, juga bukan lagi dengan duduk berdua seperti orang asing yang tak pernah kenal, tapi dengan percakapan juga sesekali pelukan hangat. Walau masih terlintas pertanyaan, tentang cinta pertama, tentang kebetulan, juga tentang takdir pertemuan. 

Menulis masa lalu #3

9/02/2015 08:56:00 AM 4 Comments A+ a-

Pertanyaan itu masih ada, masih sama sejak tadi. Lidahku juga masih terlalu keluh untuk mengatakan pertanyaan itu. Hatiku kali ini menang, dia menang untuk yang kesekian kalinya dari logikaku, dan pada akhirnya sampai sejauh ini aku masih saja terdiam. Diam untuk yang kesekian kalinya. Walau pada nyatanya logikaku lebih kuat menyatakan bahwa dia adalah alex yang dulu, yang pernah ku kenal walau sesingkat tatapan mata.
Sudah berjam jam kami bersama, dengan rongga dada yang masih saja menyesak daritadi, juga dengan sikap yang masih saja kaku. Berkali kali diriku mencoba mejelaskan bahwa semuanya sama seperti dulu, hanya saja tak ada kacamata yang menggantung diantara tulang hidungnya. Iya, alex yang dulu tak berkacamata. Aneh ya rasanya? kita baru saja tak bertemu satu tahun yang lalu, tapi rasanya seperti asing bagiku. Bukan, bukan asing, tapi lebih tepatnya aku takut terlihat asing dimatanya, takut ketika menyapanya nanti ternyata dia tak mengingatku. Sudahlah, mungkin memang bukan saatnya.

  "Lo mau ke jogja juga?" Kembali lagi, segelintir pertanyaannya membuyarkan fikiranku. Tapi aku fikir ini lebih baik daripada kita saling berdiam diri.
  "Iya, gue mau kerumah nenek disana. Ehm, ke tempat gue lahir alias lagi pulang kampung aja. Nah lo juga mau ke jogja?".
  "Iya, gue juga ke jogja, balik ke rumah mumpung belum masuk kuliah."

Bodoh ya rasanya? menanyakan pertanyaan yang sebenarnya kita udah tau jawabannya. Kita satu bus, mana mungkin beda tujuan? Yasudahlah.

  "Oh jadi lo asli jogja?" sambungku bertanya.
  "Iya, dulu SMA di jogja, terus lulus gue pindah ke jakarta. Milih kuliah disana, dan mumpung kuliah juga belum masuk jadi ya mending gue balik ke jogja dulu aja."

Jika diingat lagi, satu tahun yang lalu memang baru saja kenaikan kelas, aku memilih pindah mengikuti orang tuaku di jakarta, meninggalkan semua yang di jogja. Dan setahun kemudian harusnya memang kita sama sama kuliah. Jadi?

  "Oh gitu?" Aku berusaha tenang, menutupi semua kekacauan yang aku sendiri tak mengerti bagaimana cara menutupinya.
  "Kenapa lo lebih milih jakarta? kenapa gak di jogja? Banyak kan universitas disana yang bagus?"
  "Gue juga gak tau, gue pengen di jakarta, disana ada yang gue cari."
  "Cari? emang kalau boleh tau lo nyari apa?". tanyaku heran.
  "Nyari orang yang pernah bikin gue keluh, orang yang udah ngabisin oksigen di hidup gue, sehingga gue susah nafas karena rasa yang gak pernah gue mengerti"
  "Haha, lebay lo. Intinya lo jatuh cinta kan?"
  "Iya, gue jatuh hati sama gadis yang gue temuin satu tahun lalu, yang waktu itu dia lagi mau jatuh trus gue pegangin dari belakang. Lucu ya? serasa di FTV aja gue haha"

Tunggu? Jadi? itu kan? itu kan kejadian satu tahun yang lalu. Persis dengan setahun yang lalu.

  "Dan gadis itu lo tar, lo yang ngebikin gue jadi kayak gini. Lo yang bikin gue gak karuan selama ini. Gue juga gak tau apa yang udah terjadi selama ini, padahal gue juga sadar sesingkat itu pertemuan kita, hingga akhirnya lo mutusin buat pergi, pindah dari tatapan mata gue."
  "Alex? setahun yang lalu?"
  "Hmm"

Semakin keluh, semakin terasa keluh ketika semua pertanyaanku terjawab. Semakin terasa kacau dalam hati, padahal harusnya aku berbahagia diri mendengar apa yang baru saja kudengar. Harusnya aku membalasnya dengan mengatakan semuanya, bahwa semua yang kurasakan itu sama, sama dengan apa yang dia rasakan selama ini. Tapi nyatanya, aku kalah dengan egoismeku lagi, yang ternyata masih saja tak punya nyali untuk mengatakan bahwa aku juga mencintainya.

Menulis masa lalu #2

8/29/2015 01:04:00 PM 2 Comments A+ a-

Kantuk yang semakin hinggap membuat kepalaku semakin memberat. Bahu itu semakin terasa nyaman, walau sadar aku tak tahu ini siapa, karena aku terlalu kalah oleh kantukku yang semakin memberat di mata.
Lama, lalu aku tersadar. Seperti layaknya orang yang mengusir kantuk, ku usap mataku, mencoba mencari kejelasan diantara kekaburan yang kurasakan. Lalu melihat disampingku, lelaki yang sedari tadi bahunya kupinjam untuk menyandarkan kepalaku tanpa sadar. Mencoba memberi cengiran kepadanya, hanya untuk menghilangkan rasa maluku. Hmmm.
   "Maaf, aku tak sengaja tadi" ucapku.
   "Iya gapapa kok. ngantuk banget ya? sampek segitunya tadi" katanya sambil melontarkan senyuman termanisnya.
Hei tunggu, senyuman itu? raut mukanya? sepertinya tak asing bagiku.
   "Hallo, kok malah bengong?" kata-katanya membuyarkan segala lamunanku.
   "Ehm, engga kok gapapa. iya kantuk banget tadi hehe, maafin yak"
   "Iya, santai aja, gapapa kok. Nama lo siapa?"
   "Mentari. nah nama lo siapa?"
   "Alex"
Alex? alex setahun yang lalu? mungkinkah? tapi kan?
   "Oh iya"
Dan setelah itu hening begitu lama. Ada rasa canggung di hatiku. Yang aku tau rasa itu ada karena percakapan yang masih tersisa, juga karena pertanyaan yang enggan untuk terlontarkan, tapi punya rasa penasaran yang teramat besar.

Sudah 4jam aku duduk bersama alex. Entah alex yang ini apakah iya alex yang dulu. Aku terlalu kaku untuk menanyakan hal itu, walau sebenarnya sangat ingin sekali bertanya.
Bus ini tetap melaju, membawa kami berdua menuju ke jogja. Setauku jogja masih lama dari tempat keberadaanku sekarang ini, yang aku sendiripun tak tau ini dimana.
Dan untuk kesekian kalinya, debaran itu terasa kembali, terasa sangat jelas, terasa sama seperti dulu. seperti saat bertemu dulu.

*****

Abu-abu

8/29/2015 12:00:00 AM 0 Comments A+ a-

Bulan hampir berganti dengan nampaknya yang baru, tapi aku?
masih saja merindukanmu.
Ada rasa sesal dihatiku, sejak pertemuan malam itu.
Tatapan wajahmu juga tak kunjung hilang, malah selalu membayang-bayang.
Suaramu bahkan masih membekas, membekas dengan jelas.
Raut wajahmu juga masih jelas, melintas diantara lamunan singkat.

Aku tak pernah mengerti ini apa.
Cinta? mungkinkah berawal hanya sesingkat itu saja?
Lalu mungkinkah yang selalu menyesak itu rindu? mana mungkin rindu, kita saja bertemu hanya sekali waktu itu.
Aku masih tak berani mengartikan lebih, lebih dari sekedar rasa kagumku akan kamu.
Aku masih tak berani meraba bahwa ini cinta, karena aku masih terlalu pemula.
Debaran hatiku masih terasa sangat jelas ketika aku kembali mengingatmu, mengingat pertemuan pertama malam itu.
Singkat memang, tapi selalu membekas dalam angan.
Kemudian senyumku mengembang, mengangan angan wajahmu dalam bayang.
Lalu fikiranku terbang, ketika senyummu kala itu terbayang.
Alay memang, tapi itulah yang selalu kurasakan.

Sebulan berlalu, tapi rasa itu masih ada, ada dalam ragu dan rindu yang bercampur menjadi satu. Kembali mencari bayanganmu, dalam gelap malamku.
Kembali mencari kejelasan akan sosokmu, yang selalu menjadi kelabu.
Dan pada akhirnya aku tau, kamu hanya semu.
Lalu rasa itu, selamanya akan jadi abu-abu.

Menulis masa lalu

8/22/2015 01:33:00 PM 0 Comments A+ a-

Aku terjatuh, tiba-tiba ada yang menangkapku dari belakang. langsung saja aku kaget melihat seseorang dibelakangku, memegangiku hingga aku tercekat melihatnya, sontak seperti FTV yang ada di TV. Lamunanku buyar ketika ia membantuku menegakkan badan, dan untuk menutupi kekagetanku aku berusaha tertawa kecil diantara keadaan.
   "Alex" sambil mengulurkan tangan dan mengulum senyum diwajahnya, ia memperkenalkan dirinya.
   "Mentari" balasku singkat.
   "Lain kali hati-hati kalau jalan" balasnya sambil meninggalkanku pergi tanpa permisi.
   "Iya"

***
Aku masih ingat kejadian itu, kejadian satu tahun yang lalu, sebelum aku meninggalkan semua yang ada disini hanya untuk mengikuti papaku yang berpindah dinas ke kota lain. Memang setelah perkenalan itu, tak ada lagi perkenalan diantara kita, tak ada lagi pertemuan yang berlanjut diantara kita. Namun sampai saat ini, aku masih mengingat betul senyum manis dibibirnya, maih teringat benar walau hanya sesingkat saja. Dan sejak saat itu, aku mulai merasakan hal yang lebih didalam hati. Cinta? Entahlah, aku tak berani menebaknya, bahkan bertemu saja kita baru sekali ini, mana mungkin ada cinta pada pandangan pertama? Iya, dari dulu aku tak pernah percaya cinta pada pandangan pertama, mungkin saat itu aku saja yang lemah. Lalu ini apa? satu tahun sudah, tapi rasa itu masih ada. Bahkan kini, seolah ada rindu yang menggebu yang ingin untuk bertemu. Lalu ini apa? Ketika semuanya selalu teringat berulang di setiap harinya. Ini apa?

   Kopi dan hujan kala itu seolah melengkapi semua kenanganku, seolah menjadi penguat bahwa semua kenangan itu kini kembali, dan bayangannya semakin hari semakin menjadi nyata. Memang, kopi, hujan, juga kenangan seolah menjadi kombinasi yang sangat lengkap untuk dituangkan ke dalam tulisan. Seolah mendorong semua isi otakku untuk dimuntahkan ke dalam tulisan. Seolah semua isi hati juga ikut berteriak untuk diungkapkan. Aku masih tak percaya bahwa ini cinta, terang saja, aku hanya bertatap sekali saja, bahkan dalam pertemuan itu aku hanya sempat mengenal namanya. Jujur, kali ini aku kalah Tuhan, kalah melawan diriku sendiri, kalah dalam perang rindu di dalam hati, kalah untuk tau apa maksud hatiku ini.

   Satu jam berlalu, sejak kutulis tulisan ini untuk membunuh sepi dalam perjalanan yang kulalui kali ini. Oh tunggu, sepertinya aku lupa menceritakan di awal bahwa aku sedang dalam perjalanan pulang ke kota asalku, kota dimana aku bertemu dia dulu. Yap, Jogja. Sejam yang lalu, aku duduk di kursi bus di dekat kaca ini, aku sengaja mengambil tempat di dekat kaca agar aku bisa menikmati rintihan air hujan yang ikut mengantarkanku kembali ke kampung halaman. Aku mulai bosan, kututup note yang ada di handphoneku, kupasang headset yang memang sengaja kusiapkan agar aku tak bosan dalam perjalanan, lalu ku dengarkan hingga kantuk mulai menghinggap dalam diri, dan entah sadar atau tidak perlahan aku mulai menyandarkan kepalaku pada lelaki disebelahku, lelaki yang duduk sekitar 30menit yang lalu ketika bus ini berhenti di salah satu terminal tadi.

*****
#bersambung

Cinta Diam-Diam

8/21/2015 01:53:00 PM 0 Comments A+ a-

Tentang cinta diam-diam
Tentang rindu yang mendalam
Ialah tentang rasa yang dipendam

Tentang cinta diam-diam
yang selalu rapat disembunyikan
yang selalutertutup keadaan

Tentang cinta diam-diam
ialah tentang bertepuk sebelah tangan
ialah tentang rindu yang mencari pertemuan
meski dalam diam

Cinta diam-diam
ialah tentang peluk yang diselipkan
walau hanya dalam doa
yang dirapalkan

Cinta diam-diam
ialah perjuangan yang dituangkan
meski dalam tulisan

Tentang cinta diam-diam
adalah tentang cinta
yang tak akan pernah terungkapkan
dan akan ada dalam angan

Merindu ..

7/25/2015 07:33:00 AM 0 Comments A+ a-

Langit tak berbintang
Juga malam yang tak bertuan
Adakah kau sampaikan
Rindu yang teramat mendalam

Seakan semua menanyakan
Arti sebuah kehadiran
Arti sebuah pertemuan
Juga arti tentang pengorbanan

Jarak,
Seakan semakin membentang
Seolah tak ingin mempertemukan
Rindu,
Semakin menyesak dalam relung jiwaku
Seolah mencari akan hadirmu
Juga waktu,
tak memihakku
malah semakin membunuh

Entahlah
Seperti semua selalu semu
Seperti semua hanya menemui jalan buntu
dan semuanya selalu menumpuk rindu

Parahnya,
Ketika aku mulai lelah,
kau tak juga datang
kau tak juga mengerti
bahwa disini ada yang menanti

25 juli 2015 
Hanya ungkapan rindu
yang ditulis dengan sangat merindukanmu :)

Sejenak ngomongin sosmed

6/21/2015 04:59:00 PM 0 Comments A+ a-

Ini sore di puasa keempat saya, baru mikir cepet banget puasa udah dapet 4 hari yak? Hihi.. sore ini kita sejenak beralih dari yang namanya mellow mellow atau apalah itu yang bikin kita selalu baper sama sesuatu. Sejenak mikir, aku gak niat nulis tadi, cuman ketika buka aplikasi blogger di hp kok kesannya ada yang harus dituangkan disitu. Apalah itu, yang jelas aku hanya ingin menuangkan segalanya disini, entah nantinya dia berjalan kemana dan membentuk koordinat titik seperti apa aku juga gatau *gaenak juga kalo cerita gak pake bahasa formal* .

Bentar bentar nyari bahasa yang asyik dulu .
Next, tadi gak sengaja buka all sosmed gw yg udah lama gak gw buka. Alhasil nemulah ini itu, seperti : twitter mantan, twitter gebetannya, ataaaauuu yaaa masih banyak lah haha .. kalo diceritain disini semua, yang ada ini blogger jadi kisah biografi hidup gw. Dan garagara sosmed sejenak gw keinget sama orang yang emang lagi deket sama gw, mau tau namanya? Rahasia dongs ini kan publik haha .. pernah dia ngira gw update di sosmed itu buat dia, padahal bukan. Tuhkan kebawa baper sendiri kan dianya. Yaaa tapi satu sisi gw gak nyalahin dia sih, secara ini kan sosmed, banyak yg liat. Nyindir A yang berasa si B-Z haha parah kan? Ntar udah gitu temen-temennya ikutan semua .. alah rumpik yak. Ya begitulah hidup dengan segala kerumitan sosmednya. Pernah ada yang protes ketika seluruh sosmed gw, gw privasi. Dia bilang "itu sosmed apa ayam? Kok dikurungin mulu" laaaaaaahhh serah serah gw kan yak? Yang punya sosmed kan gw. Padahal nih niat sebenernya gw privasi akun sosmed gw adalah melindungi godaan dari setan yang terkutuk hahaha .. eitsss jangan dibawa serius, becanda doang hahaha. Niat gw sih biar gak digangguin sama orang yang gak penting. Yang gak penting itu misalnya mantan yang agak gesrek otaknya wkwk atau pacar barunya yang juga ikutan gesrek. Atau mungkin gebetannya gebetan haha. Atauuuuuuu yang paling parah itu mama. Ketika mama udah bisa pake android, dan mulai punya akun sosmed kan bahaya tuh,kita update apa aja kan mesti dipantau, kan serem *abaikan yang terakhir, gw mulai ngaco" hahaha.

Yaaaa pada intinya, sosmed itu sosial media, yang disuguhkan buat publik. Entah publik mau berasumsi apa terhadap updatenya kita ya terserah mereka. Tapi yang jelas ketika kita update sesuatu ke sosmed kita juga harus hatihati. Update = nunjukin siapa sebenernya kita. Dan buat publik, jangan terlalu baper terhadap updatetannya seseorang, karena semua yang gw atau yang lainnya update itu bukan cuman buat elu aja. Jadi, berhati-hatilah ketika bermain sosmed, apalagi jangan sampek pake hati ketika memainkannya *malah lebih ngaco"

Masih Sama ...

6/18/2015 11:13:00 AM 0 Comments A+ a-

I'm reaching out to you
Can you hear my call?
This hurt that I've been through
I'm missing you, missing you like crazy

Sam Smith - Lay Me Down ...

Memang benar aku sungguh merindukanmu saat ini, hingga tak habis kuputar lagu itu berulang ulang, aku masih tetap merindukanmu.
Sudah satu bulan berlalu sejak kita berpisah, dan kau pergi meninggalkan kota tempat kita sering menghabiskan waktu bersama dulu. Kamu juga pergi dengan segala impian yang pernah kita impikan bersama dulu. Bahkan pahitnya, kamu pergi dengan status alasan perbedaan keyakinan kita. Hai tuan :) bukannya kamu dulu yang selalu menguatkanku akan sebuah perbedaan? tapi sekarang kenapa malah kamu sendiri yang meninggalkan? Sudah tak kuat dengan segala perbedaan? lalu? apa makna dari "Perbedaan itu selalu akan ada yang menjembatani, entah apa dan kapan itu" yang pernah kamu ucapkan dulu? Atau memang kata itu tak pernah bermakna?

Hari ini, aku sudah tak bisa menghitung lagi seberapa banyak lagu Lay Me Down itu kuputar berulang-ulang. Sudah tak mengerti lagi seberapa besar rinduku padamu. Dan sudah tak habis fikir, kenapa aku bisa sebegitu rindu denganmu. Rasa-rasanya, aku sudah mati rasa dengan lelaki lain, rasa-rasanya aku sudah jatuh terlalu dalam terhadapmu. Aku terlalu susah untuk bangkit dari kesederhanaanmu, terlalu susah untuk melupakan senyum indahmu, terlalu susah untuk berpindah dari indahnya duniamu, dan pada intinya aku terlalu susah untuk move on dari kamu :')
Aku terlalu berbahagia bersamamu, aku terlalu menikmati kesederhanaannya duniamu, terlalu larut dalam indahnya angan bersamamu.

Sudah satu bulan semenjak kepergianmu, aku seperti wanita bodoh, terlalu banyak menuangkan semua perasaanku dalam tulisan, hingga pada akhirnya semua orang tau bahwa aku adalah seorang wanita yang ditinggalkan ketika sedang cinta-cintanya. Kemudian aku sejenak berfikir, untuk apalah aku menulis semuanya? ketika kamu sendiri tak pernah peduli dengan tulisanku, tak pernah mau untuk mengerti semua perasaanku, malah yang ada, aku ini semakin kamu anggap lemah. Tapi sudahlah, menulis memang sudah menjadi kebiasaanku, terkadang hanya itulah yang mengerti semua tentangku. Bukan seperti kamu, yang hanya sejenak mengertikanku, lalu pergi ketika aku sedang menggilaimu.

Kudengar, kau sudah punya wanita baru, wanita yang seiman denganmu, tak berbeda keyakinan sepertiku. Secepat itukah? ketika masih sebulan saja kita berpisah, masih baru saja aku mencoba melepaskanmu, tapi kamu sudah menemukan yang baru. Penyesalan dalam hatiku mulai berdatangan, aku mulai menyalahkan diriku kembali, mengapa dulu secepat itu menerimamu datang dalam hidupku? mengapa dulu secepat itu aku masuk dalam duniamu. Dan sekarang aku menyesali diriku, mengapa aku tak pernah bisa pergi dari bayang semu tentangmu? padahal kamu sudah dengan yang baru. Sudah dengan yang baru :') Sungguh kak, ketika kamu remukkan segala yang pernah ada dulu aku tak pernah sedikitpun membecimu, bahkan sehari setelah perpisahan kita, aku menyesali emosiku malam itu, aku masih ingin semua kembali, andai semudah mengucapkan kata maaf seperti dulu, andai semudah itu mengembalikan semuanya seperti dulu. Tapi sayangnya, semua tak akan pernah kembali seperti dulu. Lagipula, terlalu banyak perbedaan diantara kita, termasuk keimanan kita.

Hai tuan yang berbeda keyakinan denganku, jujur aku masih berharap kamu kembali, aku masih berharap kamu membuntutiku pulang secara diam-diam seperti dulu, aku masih berharap ada tawa yang indah di setiap kita bertemu, aku masih berharap kamu adalah yang akan membangun mimpi bersamaku kelak. Tapi sudahlah, lupakan semua anganku, lupakan semua khayalanku, karena memang kita tak akan pernah lagi bersatu, juga karena kamu sudah ada yang baru :')

Dari adekmu kak,
Terimakasih untuk segala waktu dulu
Dan segala angan yang kau hancurkan
waktu itu

Rindu Perbedaan yang Terlalu Manis :')

6/15/2015 12:04:00 PM 0 Comments A+ a-

Sepenggal rindu yang kutuliskan disini mungkin hanyalah sebuah perwakilan saja, karena aku ataupun dirimu tau, bahwa sebenarnya kita tak layak untuk saling merindu.
Aku memang baru saja mengenalmu, hanya beberapa bulan yang lalu, tapi entah mengapa dengan begitu cepatnya rasa itu ada. Aku mengagumi kepribadianmu, mengagumi kegigihanmu, mengagumi dirimu yang bermata sipit, bergigi rata, dan punya sejuta senyum dan tawa yang indah. Entah mengapa aku bisa jatu cinta dengan lelaki yang berbeda keyakinan sepertimu, padahal aku rasa kita tak pernah memiliki kedekatan khusus. Mungkin dari kedewasaanmu, mungkin dari gelak tawamu yang lepas atau mungkin dari kesederhanaanmu? entahlah. Karena jujur saja aku begitu merindukanmu, merindukan segala kesederhanaanmu, merindukan kamu yang selalu ada ketika aku mulai lelah, juga merindukan candamu yang mendewasakanku.

Dan ketika aku pulang melewati jalanan yang biasa kita lewati, aku mulai mengingat kembali hari itu. Kamu memang tak pernah mengantarkanku kerumah, juga tak pernah mengenal orangtuaku seperti lelaki yang dulu dulu. Tapi dengan lucunya, kamu selalu membututiku dari belakang, dan itu selalu kau lakukan hanya untuk memastikan bahwa aku baik baik saja, tapi ketika aku bertanya mengapa kamu tak pernah mau mengantarkanku kerumah? dengan entengnya kamu hanya menjawab bahwa kamu tak mau terlalu dalam menjalani semua ini karena kita berbeda keyakinan. Aku tak mengerti jawaban seperti itu akan melegakanmu atau mungkin, itu hanya sakit yang kamu tutupi? entahlah, tapi yang pasti setelah kau mengatakannya, kamu selalu cepat cepat mengalihkan pembicaraan. Aku mengerti ketika segalanya kau simpan rapat, kau tutupi semuanya agar aku tak pernah mengerti apa yang kamu rasakan, tapi sayangnya kamu lupa akan satu hal, bahwa kita menjalani hubungan ini berdua, berjuang berdua, berjalan berdua, meski kita tak pernah menyebut kita punya hubungan, tapi kita selalu melakukan semuanya berdua, meski tempat ibadah kita berbeda tapi kita selalu melakukan ibadah bersama. Kamu lupa akan hal itu bukan? hingga akhirnya tak kamu sadarai bahwa aku juga merasakannya.

Dan sampai di bagian ini, aku mulai menulis dengan otak yang mulai dipenuhi bayanganmu. Aku sudah faham betul akan situasi seperti ini, aku yang merindu mulai menuliskan hal-hal bodoh, hal hal mellow, kemudian mengingatmu secara tajam, mulai memutar ulang semua kenangan, juga mulai memperhatikan senyummu yang terpampang dalam layar handphoneku. Jika sudah seperti ini, aku mulai membangunkan diriku dari tidur sementaraku, aku mulai menyadarkan diriku dari mimpi yang membuatku tak sadar diri siapakah aku? siapakah kamu? juga apa status kita? Dari sini aku mulai menyadari bahwa sepertinya tak pernah ada celah untuk menyatukan kita, atau mungkin setidaknya untuk mengenalkanmu pada kedua orang tuaku. tak akan pernah ada. Dan bodohnya lagi, aku tak pernah mau sadar akan tempat ibadah kita yang berbeda.

Hingga kamu pergi saat ini, aku masih mempunyai rasa yang sama, rasa yang sama seperti kita melakukan semua berdua dulu. Hingga kamu sejauh ini, aku masih menyimpan dalam semua rasa yang pernah ada, bahkan ketika kamu memilih untuk pergi menjauh, aku masih tak punya nyali untuk jujur padamu, bahwa rasa yang ada di dalam hatiku lebih dari sekedar yang kamu tau.
Aku masih menyimpan semua memori kita dulu kak, aku masih menyimpan rapi semuanya dalam memori otakku, bahkan aku masih ingat ketika aku mulai mencari cari alasan hanya untuk memulai sebuah obrolan denganmu, aku masih ingat lucunya kita waktu itu, hingga kamu memilih untuk memutuskan pergi setelah perasaanku kamu bawa sejauh ini. karena mungkin memang sudah saatnya diantara kita untuk saling melepaskan.. bukan karena kamu lelaki brengsek atau pemain wanita seperti yang lainnya, tapi karena kamu adalah lelaki yang terlalu baik kukenal dalam perbedaan yang ada.


Dari adekmu kak,
yang hampir setiap hari
rindu akan kejailanmu :')

Nafas yang Berbeda

5/07/2015 12:54:00 PM 0 Comments A+ a-

Selamat malam Tuhan :)
Entah disana pagi, siang, atau malam, yang jelas aku hanya ingin mengucapkan salam. Sebelumnya, aku berterimakasih terlebih dahulu karena sudah memberikanku nafas dan kehidupan yang indah, meski sesekali aku harus melewati hidup dengan tersengal sengal karena nafas yang menyesak. Aku tau, engkau mungkin sudah bisa menebak apa yang akan aku ceritakan disini, yaaa tentang sebuah kisah yang berbeda, dan belum ada yang bisa menjembatani perbedannya. Tuhan yang terkasih, yang maha membolak balikkan hati. Aku ini makhlukmu, seorang makhluk yang tak pernah tau akan jatuh hati pada siapa, kalau kata lagu sih "cinta itu random" hihi .. Tuhan, sebelum aku bercerita, engkau pasti sudah faham benar apa yang aku rasakan. Aku tak pernah meminta untuk dijatuhkan hatinya pada seseorang yang berbeda denganku, berbeda setiap jengkal nafasnya, berbeda tempat peribadatannya, juga yang sering kita sebut "Tuhan" itu pun berbeda. Sebenarnya aku masih bingung, apa yang membedakan tuhannya dan tuhanku? Bukannya tuhan itu satu? Bukannya engkau tak ada bedanya tuhan? Lalu? Apa yang membuat kita menyebut engkau berbeda? Hingga ada perbedaan antara menengadahkan tangan dan melipat tangan diantara kita. Sakitnya lagi, dalam setiap nafas yang berbeda itu kita selalu membuat tawa, membuatnya seakan tak ada lagi perbedaan diantara kita, membuat semua merasa indah. Bukannya sungguh jahat ketika menyadari bahwa yang membedakan kita adalah yang menciptakan kita sendiri. Bukannya sungguh menyakitkan ketika menyadari bahwa yang membedakan kita hanyalah dari sebuah buku yang selalu kita baca setiap harinya, dengan sebutan al-quran dan al-kitab?
Tuhan yang maha mempunyai hati, bukankah engkau bisa melakukan semua hal? tapi mengapa engkau tak bisa menjembatani perbedaan diantara kita? bahkan sebuah rasa yang biasa disebut cinta, tak pernah bisa menjembatani perbedaan diantara kita. Seharusnya, tak perlulah terlalu mengkotak-kotakkan apa yang berbeda diantara kita, hingga selalu ada diantara kita celah untuk lipatan-lipatan masalah. Karena sebelumnya tak pernah kusangka, masalah hati bisa serumit ini, mengacaukan segalanya, dan aku tak pernah berfikir mengapa bisa jadi seperti ini.
Ketika menulis ini, aku merasakan penyesalan-penyesalan yang mulai menumpuk menyesaki diri, aku mulai menyalahkan diriku sendiri, kenapa dulu bisa jatuh hati pada lelaki yang berbeda keyakinan diri. Lalu mulai menyalahkan waktu, waktu yang telah membawa kita sedalam ini. Mulai menyalahkan hati, yang sudah menciptakan rasa yang sangat mendalam. Menyalahkan rindu yang selalu membuat kita bertemu dan semakin menyatu. Juga terkadang aku menyalahkan perbedaan diantara kita. Padahal jika diulang kembali, tak ada yang perlu disalahkan dari semua ini, Aku ataupun kamu, Tuhanku ataupun Tuhanmu, juga Kitabku atau Kitabmu, semua tak perlu disalahkan. Kalaupun tiba waktunya nanti, yang terbaik pun akan terasa menyakitkan, betapapun rasa yang mendalam, juga betapapun kita meniadakan luka, tapi pasti segalanya akan ada, luka juga rasa yang tersiksa. Karena aku tau, setiap keputusan akan selalu ada pengorbanan, dan setiap pengorbanan akan selalu ada kesakitan. Aku hanya meminta satu hal Tuhan, entah nanti atau kapan engkau akan menjawabnya aku tak peduli, aku hanya ingin suatu saat nanti entah kapan celah lipatan diantara kita bisa tak jadi masalah, lalu kotak itu menjadi bulat, rasa yang sering disebut cinta itu bisa menjembatani perbedaan diantara kita, juga engkau, yang (mungkin) tak akan lagi kami bedakan, tolong jangan beri semua itu di waktu yang terlambat :')

dari makhlukmu
yang nafasnya tersengal-sengal
karena tak lagi sanggup
melawan perbedaan :')

Hilang yang Merindu ..

4/08/2015 02:59:00 PM 0 Comments A+ a-

Ada yang hilang
Sepenggal rasa yang dulu ada
Sepenggal rindu
yang selalu menunggu bertemu
Sepenggal Cinta
yang punya separuhnya

Ada yang hilang
ketika kamu pergi
Meninggalkan semua yang ada disini
Tak memperdulikan hati
juga rasa sakit ini

Ada yang hilang ketika kamu pergi
Membalikkan badan dan menjauhi
Dan hanya bisa melihat punggungmu pergi
Merelakan semua rasa di hati
Pergi, tak kembali

Hati yang mulai merindu
juga keadaan yang tak pernah
mengijinkan bertemu
Membuat semua semakin abu-abu

Warna yang mulai memudar
semua yang mulai abu-abu
kamu yang semakin kurindu
juga hati yang semakin kuat mengaku
bahwa dia terlalu mencintaimu
hingga kini,
dia kehilangan sesuatu
dan semakin merasakan rindu

Dan hai kamu :)
lelaki yang terlalu kubanggakan.
Berbahagialah kamu
dengan wanita mu yang baru
dan cukup kamu tau
Jika ditanya siapakah yang paling mencintaimu
maka diam-diam
Hatiku akan mengaku
Bahwa dirikulah yang sangat mencintaimu
Hingga kini, dan entah sampai kapan
Meskipun dalam diam

Kekasih yang terkasih :)

3/24/2015 02:58:00 PM 0 Comments A+ a-

Perlahan aku mengerti
Semua yang kurasakan saat ini
Perlahan aku tau
Apa yang membuatku tersenyum sipu

Ada yang berbeda dalam hati
Seolah ada yang mulai
mengisi ruang di hati
Ada yang berbeda dalam hidup ini
Seakan ada yang mulai
untuk mewarnai

Rasa menggebu seakan memulai rindu
Rasa mendalam seakan seperti sayang
Rasa yang menyakitkan
karena kamu masih dalam angan

Bayang semu tentang kamu
tak mau pergi
Rindu akan hadirmu
semakin candu
Dan sentuhan jemarimu
semakin membuatku kaku

Kemudian aku sadari
Rasa yang semakin menjadi-jadi
Menyiksa hati
juga membebani
Membuat bahagia di hati
dan merindu pada orang terkasih

Hai yang biasa disebut orang "cinta"
Kini aku meraskannya
Jatuh hati pada orang terkasih
yang biasa aku sebut sebagai "kekasih"

Tak seutuhnya milikku

3/13/2015 11:16:00 AM 1 Comments A+ a-

Mata yang terpejam
Alunan yang terdengar
Hati yang merindu
kamu yang direlung hatiku
Seolah aku ingin semua tau
Kamu milikku

Fantasi yang membuai indah
Angan yang semakin terbang
juga khayalan yang semakin mengawan
Sepertinya tak pernah jadi kenyataan

Karena aku,
hanyalah yang disembunyikan
Karena aku,
hanyalah simpanan
dan karena aku
ditutupi dari ribuan penglihatan

Ini salahku,
yang harusnya tak masuk dalam hidupmu
yang harusnya tak rela jadi orang ketiga
Tapi apa daya,
Rasa yang terlalu besar
membuatku melangkah semakin dalam
dalam jalan yang penuh harap

Ini salahku,
yang menutup telinga dulu
yang terlalu rapat menutup mata
sehingga tak melihat aku dimana
yang menutup hati dan fikiran
dari ribuan kesadaran

dan kini,
Aku harus melepasmu
membelalakkan mata
agar aku tau siapa diriku dan dirimu
juga membuka telinga
agar aku mendengar
ribuan kata yang mengingatkan

Karena kini aku tau
bahwa melepasmu ada suatu keharusan
bukan sebuah kesalahan
dan karena kamu
tak pernah utuh jadi milikku

Kamu abu-abuku

3/12/2015 12:31:00 PM 0 Comments A+ a-

Kamu abu-abuku
Yang kini semakin kelabu
Kamu yang kurindu
Tiap perpindahan waktu

Tatapanmu yang dulu sangat dalam
Kini telah sirna
Dekapan dari dua lengan
Dekap yang memberi kehangatan
Kini telah hilang

Senyum yang selalu
terlihat lugu
Kini hanya semu
Kecupan yang selalu ada
Kini entah kemana

Entah,
Bagaimana aku menerjemahkannya
Rindu,
yang bercampur menjadi candu
Rasa,
yang semakin menyesak di dada
Juga kamu,
yang tak mau hilang dari fikiranku
Membuat semuanya semakin abu-abu

Warna yang hilang
Tawa yang pergi
Senyum yang dinanti
tak akan pernah kembali

Jalan yang semakin menjauh
Ruang yang semakin menyempit
Dada yang semakin menyesak
seolah sebuah tanda
Bahwa,
melepasmu,
tak semudah menjatuhkan hati padamu
melepasmu,
tak semudah ketika kita mengurai rindu

12 Maret :)

3/12/2015 01:21:00 AM 0 Comments A+ a-

Hari ini telah kupahami bahwa harusnya aku sudah menempatkan bayangannya pada tempatnya, karena mungkin aku tau sekarang ada kamu :) kamu yang telah mencoba mengerti semua rasa sakitku selama ini, kamu yang telah rela tersakiti karena aku yang belum bisa menghapus bayangnya pergi, kamu yang rela menerima hati yang jelas kamu sadari bahwa tak sepenuhnya hati itu bangkit dari rasa sakitnya. Hari ini kusadari bahwa kamu layak untuk mendapatkan tempat disini, karena kamu menutup luka lama yang ada, karena kamu telah mengobati sayatan yang dulu diberikannya, dan kamu perlahan membuatku sadar sudah sepatutnya aku menempatkan bayangannya pada posisinya.

Hari ini, ada dua insan yang sedang mengurai rindu, sekedar lewat sosial media yang selalu membuat candu, sekedar kata kata yang selalu membuat tersenyum malu, sekedar senyuman yang selalu membuat tersipu, sekedar jemari yang selalu saling mengisi, sekedar tatapan yang selalu menatap kembali, bibir yang selalu mengecup halus kening ini, lengan yang perlahan memberi dekapan kehangatan, dan juga diakhiri dengan berhentinya hati yang selalu mencari, mencari kamu :) karena kini aku sadari bahwa telah ada yang baru disini, yang mewarnai keabu-abuanku, bukan malah jadi abu-abuku, itu kamu :)

Sayang.

Tuan Egois

3/05/2015 01:13:00 PM 0 Comments A+ a-

Sebelumnya aku mau bertanya pada Tuhan, siapa yang salah dari ini semua, dari rasa yang perlahan tumbuh dan semakin terasa, dari rindu yang semakin hari semakin menggebu, dan dari sakit yang terasa atas keegoisan kita.

Hai Tuan Egois :)
Sebenarnya siapa yang egois diantara kita, siapa yang lebih kaku fikiran diantara kita? aku? atau kamu?
Katamu, Akulah yang terlalu kaku, akulah yang terlalu sulit untuk dipatahkan, akulah yang terlalu egois. Lalu? bagaimana dengan kamu? yang maunya menang sendiri, yang maunya ini itu dan harus dituruti kemanapun kamu pergi, bagaimana dengan sifatmu yang seperti itu? Ahsudahlah, tak ada gunanya juga ketika semuanya di perdebatkan.
Sejujurnya, kalau boleh menyalahkan, aku ingin menyalahkan waktu yang tak adil, yang sengaja menjebakku dlaam sebuah kejaidan dan membuatku mengenalnya, bahkan lebih akrab dengannya. Kalau boleh menyalahkan, aku ingin menyalahkan sebuah rasa sakit yang ada dalam diriku saat itu, rasa yang membawaku berjalan jauh untuk memasuki kehidupanmu.
Keras kepala, egois, terlalu kaku itu adalah jadi kombinasi yang komplit, yang membuat kita selalu beradu mulut setiap harinya. Kalau boleh meminta aku tak pernah ingin sejauh ini denganmu, hingga berada dalam suatu pilihan yang sesungguhnya sangat sulit untuk kulakukan. Bertahan dengan semua yang membuat kita semakin menjauh atau menjauh dengan semua rasa yang sungguh masih tertinggal sangat dalam di hatiku.
Kalau boleh bilang bahwa egoismu adalah sebuah rasa candu untukku, egoismu adalah satu hal yang selalu membuatku mengingat bahwa kamu adalah satusatu nya lelaki egois yang pernah mendekap erat diriku dalam peluk ketika aku terjatuh, dan sekarang juga kamulah lelaki egois yang telah membuatku jatuh. Bahwa dulu kamulah lelaki egois yang berbaik hati menuntunku bangkit dari lubang penuh rasa sakit, dan sekarang kamu jugalah yang membuatku kembali merasakan hal yang sama. Bahwa dulu kamulah yang mambantuku mewarnai hariku yang bisa dibilang sudah sangat abu-abu. Kini kamulah yang kembali mengabu-abukan duniaku, menghilangkan segala warna yang pernah kita lukis dulu.

Hai Tuan Egois,
Tidakkah kau sadar, bahwa ada yang diam-diam disini masih mengharapkanmu kembali, kembali untuk membuat sebuah tawa, meskipun pada akhirnya kerasnya kita menghancurkan semua. Tidakkah kau tau bahwa disini ada yang diam-diam merindukanmu, diam-diam merasakan sesak yang menggebu dalam dada. tidakkah kau faham itu? semua rasa yang terasa sekarang. Atau haruskah aku meminta pada Tuhan agar merubah tempat kita? dimana kamulah yang harus menekan rasa egoismu dan aku lah yang tertawa dengan keegoisanku.


Aku tau kita samasama punya rasa egois, aku tau kita samasama batu, dan aku tau kita samasama kaku, tapi bisakah kamu mengerti bahwa diantara kita masih ada sisasisa rasa yang dulu pernah tumbuh menggebu gebu, kembalilah :') meskipun kita samasama tau bahwa kita samasama susah untuk mengendalikan egois yang ada, tapi percayalah rasa yang ada mampu mengalahkan egoisme kita.

Dari wanitamu,
yang selalu
kau sebut-sebut batu

Kamu :)

3/04/2015 08:29:00 PM 0 Comments A+ a-

Ini bukan sekedar mengingat masa lalu, ini juga bukan sekedar pencarian dan penantian, atau sekedar menemukan yang baru.
Aku menemukannya ketika aku terjatuh. Aku mengenalnya ketika aku terpuruk, menyerah dan merasa tak bisa bangkit dari sebuah rasa sakit, rasa sakit akan sayatan dari luka lama yg pernah dibuat seseorang dahulu.
Awalnya mungkin tak pernah ada yang menduga, juga tak pernah ada yang istimewa, tak lebih dari sekedar aku dan kamu, dan aku tak pernah berfikir sejauh ini, tak pernah menduga jika aku dan kamu bisa menjadi kita.
Dia memang tak ada bedanya dengan lelaki lainnya, hanya lelaki biasa seperti pada umumnya. Aku masih ingat benar ketika jemarinya mengisi selah-selah kosong diantara jemariku, ketika matanya menatap mataku, ketika jemarinya membelai lembut rambutku, ketika bibirnya mengecup halus keningku, dan ketika pundaknya ada untukku bersandar, disitulah aku menemukan duniaku yang baru, yang (mungkin) lebih hangat dari sebelumnya. Disitulah aku menemukan tempat dimana aku merasakan nyaman. Dia adalah lelaki yang penuh magis, yang selalu membuatku berada dalam ruang harap yang penuh akan angan.

Ini bukan cerita tentang anak muda jaman sekarang, ini juga bukan cerita tentang ke alay an anak jaman sekarang. Ini cerita dimana dua makhluk Tuhan yang saling jatuh cinta dalam ruang sudut yang berbeda, belum faham? Mereka terbatas agama. Ini adalah kisah simple yang mengalir begitu adanya, atas rasa yang pernah ada, atas rindu yang makin hari makin menggebu. Begitu pula aku, Aku selalu punya alasan untuk jadi kutub utara yang selalu mencari kutub selatan. Aku juga selalu punya alasan untuk berdiri dalam perbedaan penuh harap. Meskipun aku punya alasan pergi dan meninggalkan, tapi nyatanya alasan untuk bertahan terlalu kuat untuk dilakukan. Ini adalah kisah sederhana yang sedang kujalani. Kisah yang terbatas perbedaan yang sulit akan dipatahkan. Tapi sebelumnya aku hanya ingin berterimakasih pada Tuhan, terumakasih sudah memberi satu malaikat kecil yang punya perut sedikit agak buncit :) hihi .. Terimakasih sudah memberi satu malaikat yang biasanya kupanggil 'sayang'.
Dan lelakiku :) terimakasih sudah menjadi pendewasaku, terimakasih sudah mengerti akan sifat kanak kanakku, terimakasih sudah menjadi lelaki yang menyediakan pundak untuk aku bertahan, terimakasih sudah menjadi malaikat kecil dalam hidup aku, terimakasih sayang :) terimakasih karena kamu selalu menjadi pendengar setia dari semua keluhanku.

Stay with me dear for now or tomorrow, stay with me dear to make me stronger, stay with me and lets coloring this world like a rainbow, because with you i fell always happy, cause with you i have a new world.
Tetep jadi lelaki bermata bulat sipit yang selalu membuatku tersenyum yaa :)

04032015
Dari wanitamu yabg sedang menggilaimu, meskipun terbatas oleh agama yang selalu mengkotak kotakkan kita :')

Take it or leave it #2

2/23/2015 12:54:00 PM 0 Comments A+ a-

"Take it or Leave it. Kamu harus pilih salah satunya, kamu stuck dengan perasaanmu yang mengganjal atau bilang padanya dengan resiko kamu kehilangan dia." Seketika ada rasa sakit menusuk terlalu dalam di dalam hati ini.
"Kalau kamu yang diberi pilihan seperti itu, kamu akan pilih mana?"

Aku terkaget dalam hati, pertanyaan tyas yang satu ini membuatku kembali lagi merasakan sesak yang sama. Simple memang ketika bilang life is choice, take it or leave it, tapi pada nyatanya mengambil keputusan dari kalimat itu tak semudah ketika kita melafalkannya.

"Sebenarnya jika diulang lagi itu hanyalah pertanyaan simple yas, tergantung hati dan fikiranmu, lebih berat dimana,jika fikiranmu lebih berat, lepaskan hatimu, ikhlaskan yang selama ini jadi teman hidupmu, karena nyatanya semua tau jika dalam satu hubungan salah satunya sudah tak nyaman kita juga tak bisa memaksakan. Tapi jika kamu mau membicarakannya dengan baik, dengan imbal balik dia juga mau berbicara dengan baik, mungkin rumah yang kau bangun selama ini bersamanya masih akan selamat. Begitulah sebaliknya, tergantung bagaimana kamu menyikapinya. Tapi jika kau tanya padaku, aku akan bicara dengan dia secara baik-baik, apapun resikonya, kehilangan dia atau tetap bersama dia."
"Kau ikhlas fi jika harus kehilangan dia?" tanya tyas mencoba meyakinkanku.
"Why not? bukankah itu tanda pondasi yang kamu bangun selama ini sudah rusak? kenapa masih dipertahankan? Yas, Tuhan itu maha adil, ketika kau kehilangan satu pemeran dalam hidupmu, dia akan menggantikannya dengan pemeran yang baru, mungkin dengan syarat kau harus ikhlas kehilangan pemeran lamamu, meskipun nantinya juga butuh waktu untuk mengganti pemeran yang lama itu. Tapi percayalah, semua akan indah dengan sendirinya."
"Fia, kau sudah yakin kan atas jawabanmu itu?"
"I'm sure yas, why?"
"Kau sudah pintar dalam mengaplikasikan pemikiranmu kedalam lisanmu, tapi kau masih belum pintar mengaplikasikan fikiranmu kedalam tindakanmu."
"Maksudmu yas?" tanyaku semakin heran.
"Udah deh, gausah mencoba menutupi semuanya dariku, kita ini sudah kenal dari kecil, apa yang kamu rasain pasti aku faham kok. Take it or leave it, sekarang kamu harus milih salah satunya, dan kamu udah punya jawabannya kan? Omongin sekarang sama dia, jangan diam! itu nggak guna dan malah akan jadi beban di hidupmu."
"Tapi yas, darimana kamu tau?" tanyaku heran.
"Fi? yang perlu kamu kerjain sekarang adalah ngobrol sama dia, kamu udah berhasil mengurai masalahmu lewat ucapanmu tadi, sekarang selesaikan semuanya lewat tindakanmu."

Sejenak aku berfikir, tanpa sengaja aku sudah mengurai benang kusut yang ada difikiranku selama ini. Kadang mungkin kita tak bisa mengurai satu benang kusut yang ada dalam hidup kita, tapi percayalah, Tuhan akan kasih perantara untuk kita mengurai benang itu agar tak lagi jadi masalah.

#MenulisSurat 13Of14

Take it or leave it

2/22/2015 08:19:00 PM 0 Comments A+ a-

Pagi ini sungguh pagi yang sangat indah, mentari yang menampakkan wujudnya sangat cerah seakan memberi pertanda bahwa hari ini akan dilewatkan dengan teriknya. Sebenarnya jika tak ada yang memulai aku tak akan menyentuh bahasan hati untuk hari ini. Aku hanya ingin hidup sebebas bebasnya untuk hari ini, melepaskan rasa sesak yang menyeruak mungkin salah satu caranya.

"Kau tau? Jika kau dalam tempat yang tak pernah kau suka, kau akan melakukan apa?" Buka tyas mengawali percakapan kita pagi ini.
"Aku mungkin akan pergi" jawabku yang sebenarnya enggan menanggapi. Aku tau percakapan ini akan ke arah mana, ke arah perasaan, hati dan cinta.
"Tapi aku tak sendiri di tempat itu" sautnya dengan nada penuh gusar.
"Kau bersama siapa? Orang terkasihmu? Atau kekasihmu?" Tanyaku kembali.
"Memang apa bedanya? Antara orang terkasih dan seorang kekasih?" Tanyanya kembali dengan bingung.
"Itu sama seperti kata ayo melihat, bukan dilihat" mungkin jawabanku ini akan semakin membuatnya bingung, tapi sungguh aku terlalu malas hari ini untuk membahas masalah hati.
"Aku tak mengerti maksudmu, apa bedanya melihat dengan dilihat? Bukannya kita sama sama melakukan hal yg sama" dia semakin bingung menanggapi jawabanku.
"Yas, mungkin mereka memang berasal dr kata dasar yang sama, tapi mereka berbeda makna."
"Tolong jelaskan padaku apa bedanya."
"Coba taruh fikiranmu di alam terbuka, kau pasti akan banyak melihat kejadian yang telah terjadi disana, tapi kau belum tentu dilihat disana." Aku semakin merasa sesak saat berbicara seperti itu "Ketika kau membuka dan menaruh fikiranmu di tempat yang terbuka, kau pasti akan banyak melihat kejadian, mungkin salah satunya kejadian masa lalumu, atau mungkin yang lainnya, tapi disana belum tentu kau akan dilihat oleh orang lain, begitulah sebaliknya."
"Okee, aku mulai faham." Jawabnya singkat "Lalu, apa beda orang terkasih dengan kekasih?"
"Kau mencintai ibumu?"
"Iya, sungguh aku sangat sayang."
"Lalu, kau menyebutnya apa? Orang terkasih atau kekasihmu?"
"Tolonglah fi, jangan berbelit kamu menjawabnya."
"Bukannya dari berbelit belit itu kau belajar mengurai masalahmu?" Sungguh dadaku semakin sesak tuhan ... Sebegininya kau mencoba diriku?
"Kamu tau yas, sebagaimana mestinya kamu pasti akan faham dengan sendirinya, orang terkasihmu adalah orang yang benar benar kau jaga perasaannya, kau kasihi dia sepenuhnya, kau berikan kasih sayang setulusnya, sedangkan kekasih? Itu hanyalah label sementara yang akan kau lepas labelnya ketika kau tak bersamanya, dan kau pasang lagi di pemeran yang lain ketika penggantinya sudah ada dengan didampingi skenario baru dalam angan dan mimpimu." Jawabku dengan perasaan yang masih sungguh amat sangat sakit.
"Lalu? Apa yang kau lakukan jika kau di tempat yang sungguh tak nyaman dengan kekasihmu? Bukannya katamu dia juga orang terkasihmu?" Tanyanya kembali.
"Apa penyebab kau tak nyaman? Kekasihmu?"
"Iya fi."

Aku diam, mencoba mencerna semua kata kataku yang dengan mudahnya telah kulontarkan ke hadapan tyas. Aku meminum setengguk kopi pagiku, mencoba berfikir akan jawaban dari pertanyaan tyas yang terakhir. Take it or leave it, kadang hidup membuat kita membawa kita dalam dua pilihan tersebut. Tergantung bagaimana kita menyikapinya, memberanikan diri mengambil resiko, atau berdiam diri dalam harapan dan perasaan yang semu. Aku mencoba menggali fikiranku dalam dalam, sedalam mungkin, dan aku mulai menyadari aku ada dalam posisi yang sama.

"Fi, kamu fine kan?"
"Hah? Apa? Iya gue fine kok."
"Lantas? Jawabannya?"

.......................

Cerita sore itu ..

2/21/2015 06:17:00 PM 0 Comments A+ a-

Aroma kopi mulai menyeruak dan merasuk ke dalam hidungku, aku semakin terlihat candu akan harumnya kopi itu, tapi aku lebih candu akan pelukan hangat darimu. Secangkir kopi menemani tulisanku kali ini. Alunan musik taylor swift membuatku bersenandung pelan, rintik hujan yang perlahan mulai tumpah ke tanah membuat sejuk suasana. Bau tanah yang timbul akibat hujan, juga kombinasi bau kopi yg sedari tadi semerbak di depanku, sungguh kombinasi yang lengkap. Dulu kamu pernah bilang, bahwa hujan adalah suatu bahagia dalam harap, tapi hujan juga akan menyakitkan secara perlahan ketika kita mengkombinasikannya dengan rindu. Hujan juga akan membuat sesak dalam dada jika kita meramunya dengan kenangan, yup dan aku merasakannya sekarang. Tanganku mulai bercerita tentangmu lagi, entah mengapa, aku tak pernah berhenti mencurahkan segala tentangmu lewat tulisan. Entah mengapa, tanganku tak pernah bisa berhenti menulis segalanya tentang dirimu, dan entah mengapa otakku tak pernah bisa berhenti berfikir akan tentangmu. Tulisan? Karangan? Atau tumpahan cerita yang tertulis di blogku hanya secuil perwakilan dari rasa rinduku akan hadirmu. Semua yang pernah aku tuangkan di blogku, itu hanya sepenggal perwakilan dari rasa canduku akan harumnya parfummu, akan hangatnya dekapmu. Aku tak pernah bisa berhenti bercerita tentangmu kepada orang lain. Bahkan sahabatku? Mungkin bagi mereka mendengar cerita tentangmu adalah sebuah lelucon yang sebenarnya itupun tak lucu. Basi!!!

Kamu masih ingat tidak? Ketika kita tertawa akan satu hal yang mungkin bisa dibilang hal itu tak sebegitu lucu untuk kita tertawakan, aku baru sadar bahwa disitulah aku menjadi diriku sendiri, dan kamu jadi dirimu seutuhnya, tanpa ada yang ditutupi, tanpa ada topeng, tanpa ada rasa gengsi. Disitulah aku baru sadar bahwa tawa kita menyeruak bercampur jadi satu di atas udara, diatas hembusan nafas kita. Disitulah aku merasa aku memilikimu seutuhnya, tanpa dibagi dengan wanita lain. Disitulah aku mendapatkan seseorang yang kumiliki seutuhnya. Lalu sekarang? Bahkan tak sedikitpun aku memilikimu. Tak sedikitpun sekarang tawa itu ada bersamaku, tak ada lagi secangkir kopi yang kita rebutkan di pagi hari, iya memang karna kita sama sama pecandu kopi. Tak ada lagi acara untuk berebut main game, juga tak ada lagi rebutan memilih tempat hanya untuk sekedar mengisi perut yang lapar. Sesederhana itu memang kenangan kita, juga sesingkat itu pula kenangan itu terjadi. Tapi nyatanya sekarang, tak semudah itu untuk lupa akan semua yang telah terjadi.

Ketika kau membaca ini kamu bertanya, mengapa aku selalu menulis tentangmu di blogku? Mungkin bukan kamu yang akan bertanya seperti itu, bukan hanya kamu. Kau mungkin sudah tau dari awal. Alasannya adalah kamu yang selalu membayangiku, dan tulisan adalah tempatku mencurahkan apa yang aku rasakan. Sudah terjawab kan? Lantas apa yang kamu lakukan setelah itu? Kau bahkan masih berdiam diri dan tak sadar, dan dengan merasa tanpa dosa kau kembali pergi untuk yang kesekian kalinya. Lalu, untuk apa kamu bertanya? Untuk sekedar ingin tau? Untuk sekedar membanggakan dirimu dalam hatimu sendiri bahwa jauh disini masih ada yang mencintaimu dalam diam, bahwa yang jauh disini masih merindukanmu dengan bisu.
Selelah apa nantinya aku tak pernah berfikir, selama apa nanti akhirnya aku hanya mengharapkan ini semua berakhir. Kadang perasaan lelah memang menyuruhku untuk berhenti berharap kepadamu, tapi rasa yang ada jauh di dalam hati lebih menguatkan aku untuk berjalan dalam harap ke kamu. Mungkin memang ada banyak alasan untuk aku berhenti, tapi satu alasan yang kuat masih saja membuatku stuck di tempat yang sama dan enggan untuk berpindah. Jika boleh memilih, dulu aku tak pernah ingin mengenalmu. Jika boleh memilih, dulu aku tak pernah ingin sedekat ini denganmu, hingga akhirnya aku juga akan merasakan jarak yang sejauh ini denganmu. Aku tau perkenalan dan kedekatan kita hanya sebentar, tapi aku terlambat menyadari bahwa lama atau tidaknya kita kenal tak akan pernah sebanding dengan lama atau tidaknya aku untuk bangun dari tempatku terjatuh.

Karena melepasmu bukan sebuah pilihan, tapi sebuah keharusan. Karena melepasmu bukan sebuah kesalahan, tapi melepas kesalahan. Dan karena melepasmu bukan lagi tak sayang, tapi hanya akan mencintaimu dalam diam. Mungkin sakit, tapi tak sesakit ketika aku menyadari bahwa kamu tak seutuhnya kumiliki.

Cinta???

2/21/2015 12:28:00 PM 0 Comments A+ a-

Cinta???

Bicara soal cinta, kalian pasti akan berfikiran : mellow, alay, cerita cerita yang berakhir dengan sedih, atau mungkin happy ending? cerita basi? blablabla~ dan sebagainya.
Yup, cinta emang gak pernah lepas dari rassa bahagia dan sedih, tergantung bagaimana cara kita menyikapi cinta yang datang dalam hidup kita. Bicara soal cinta emang gak pernah ada habisnya. Sedih? mungkin begitu. Senang? mungkin bisa juga begitu. semua akan selalu beriringan sebagaimana mestinya. mungkin hari ini kamu bahagia? atau mungkin hari ini kamu bersedih? lalu? hari esok? kita juga tak tau bagaimana.
Bicara soal cinta sama seperti bicara soal misteri, kamu tak bisa menebak ujungnya dimana. Cinta? sama seperti kamu menulis cerita, panjang dan tak pernah ada akhirnya. sekalipun kamu mengakhirinya pasti nanti akan ada episode baru untuk menggantikannya. Ada yang bilang "jatuh cinta itu sama seperti mencoba naik ke atas dari dasar sebuah lubang. kamu harus terima segala konsekuensinya. jika kamu berhasil, kamu akan keluar dari lubang itu, tapi jika kamu gagal, kamu akan jatuh kembali ke lubang itu. kita harus mencari cara untuk keluar dari lubang. sama seperti kita mencari cara untuk mempertahankan hubungan kita, mempertahankan cinta kita? apa? cinta kita? mungkin ada mindset yang harus dirubah. harusnya kita harus mencari cara agar diri kita tak pernah terluka akan cinta, tapi kita masih bisa jatuh cinta dengan indahnya.
Ada yang bilang ke aku gini "bukannya nanti ketika kamu jatuh dan masuk ke lubang itu pasti akan ada seseorang yang bantu kamu buat keluar dan bangkit dari lubang itu?"
kalo ada yang bilang gitu, mungkin ada benernya, tapi itu gak selamanya bener. kamu tau kan? ketika kamu bangkit bersama seseorang, dan kamu berhasil keluar dari lubang itu kamu harus mikir kedepannya bakal berujung seperti apa. kamu juga harus terima bahwa kamu juga beresiko jatuh ke lubang yang sama, mengalami kejadian yang sama, yang berbeda mungkin "karna siapa kalian jatuh".

Cinta? Siapa sih yang hidupnya gak pernah terlibat dalam kata "cinta". semua orang pasti pernah merasakan dan terlibat di dalamnya. Cinta gak pernah terpisah dari hidup kita. dan selalu ada masanya dia berganti pemeran di setiap episodenya.
Apa yang harus kita ambil dari cinta adalah bagaimana cara dia mengajarkan rasa bahagia dalam hidup kita, mengajarkan bagaimana cara mencintai orang terkasih. bagaimana cara selalu membahagiakan hati dengan kata cinta, meskipun kita tau tak selamanya cinta itu identik dengan kata bahagia. Cinta selalu memberi energi dalam jiwa, energi positif? bukan hanya positif tapi juga negatif. tergantung bagaimana kita mengolahnya. mengambil sisi positif dari kata cinta ketika kamu bahagia itu emang gampang. tapi coba kamu ambil sisi positif dari cinta ketika kamu tersakiti oleh cinta. pasti susah *hahaha
So? Kesimpulannya adalah bahwa cinta itu suatu tantangan buat hidup kita. suatu rasa yang harus kita olah sebagaimana mestinya, suatu rasa yang harus kita batasi kadarnya dalam hati kita. bukan karena apa, tapi karena kita juga perlu melindungi diri ketika cinta sedang jadi pemeran antagonis dalam hidup kita.
Yup, mungkin itu sedikit cinta versi saya :)

"Tuhan :) jaga diri dan hatiku agar tak pernah berlebihan harap. Teempatkan diri dan hatiku sebagaimana mestinya. Secukupnya dan seporsinya"

#MenulisSurat 12 Of 14

Orang ketiga?

2/20/2015 03:22:00 PM 0 Comments A+ a-

Inilah yang dikata orang "hidup" :) satu pelajaran yang selalu kita dapat setiap harinya. satu masa yang akan terlewat dengan banyak rasa. satu cerita yang akan berganti episode setiap harinya. mungkin hidup hampir mirip dengan drama. tapi hidup bukan drama. Terkadang untuk memulai satu cerita yang baru tiap harinya kita harus jatuh bangun terlebih dahulu, kadang juga sebegitu mudah dan indahnya kita berganti episode dari hari ke hari. Inilah hidup, ada pemeran protagonis, ada pemeran antagonis, bahkan ada juga pemeran pembantu, yap, mungkin seperti orang ketiga. Ada diantara kita yang mungkin pernah jadi orang ketiga dalam hidupnya, ada pula yang pernah dirusak orang ketiga dalam hidupnya. lantas, siapa yang patut disalahkan ketika orang ketiga atau pemeran pembantu masuk dalam hidup kita? Life is choice :) kamu harus pilih siapa yang stuck dalam hidup kamu. Orang ketiga juga gak sepenuhnya salah ketika dia masuk ke dalam hidup kita. karena kamu tau kan? tamu gak akan masuk kalo tuan rumahnya gak mempersilahkan masuk.

Aku, kamu, ataupun dia .. begitulah ceritanya. kadang mungkin terlalu sakit untuk menyadari ini semua. tapi nyatanya, aku sudah bangun dan menyadari bahwa kamu adalah masa laluku yang pergi dengan dia. meskipun ada yang masih ngerasa sesak di hati tapi perlahan aku mulai tau Tuhan kasih kenyataan yang indah buat aku. kamu tau? ketika aku menulis ini, aku harus mengingatmu lagi, mengingat semua kenangan bersamamu, juga mengingat rasa sakit itu. bahkan rasa sesak yang saat ini kurasakan masih sama dengan rasa sesak yang dulu pernah ada. Kadang aku berfikir terlalu sulit buat bangkit dan berdiri dari kamu, dari masa lalu. tapi kadang aku berfikir buat apa berlama lama dalam kolam penuh kenangan. kadang rasanya sulit untuk tak menengok ke belakang, sulit untuk melupakan bayangan yang ada di fikiran. Lantas mau sampai kapan? Inilah hidup, dulu aku berganti episode setiap harinya dengan mudah, mungkin memang ada yang susah, tapi tak sesusah sekarang. tak sesulit saat semua harus kulupakan dan berjalan sendirian. Rindu? mungkin hampir setiap hari rindu itu ada, mungkin hampir setiap hari rindu itu membuatku jengah dan memaksaku merasakan sesak kembali, lagi lagi. Benci? Aku tak sedikitpun membencimu, bahkan untuk meluapkan emosiku terhadapmu saja aku tak sanggup. ataupun membenci orang ketiga yang pernah kau persilahkan masuk dulu, seidkitpun aku tak pernah. karena aku tau, bukan salahnya, bukan salahmu, juga bukan salah waktu.

Inilah nyatanya, bahwa kenyataannya rasa itu masih ada. bahwa sesak yang kau ciptakan dulu masih sangat terasa. rasa itu masih terpendam jauh dalam hati. inilah kenyataannya bahwa aku harus menyadari kamu dan kita itu hanyalah sebuah masa lalu. bahwa episode ku sudah berganti dengan pemeran yang baru, mungkin memang tidak untuk saat ini, tapi suatu saat nanti. Aku juga harus menyadari bahwa skenario yang kutulis dalam mimpi harus segera kuhapus dan kuganti yang baru. Terlebih dari orang yang pernah menemaniku menjalani cerita dalam hidupku, terlebih dari seorang kekasih karna kamu orang terkasih, mungkin kamu sudah harus tau bahwa aku masih sangat memiliki rasa untukmu, mungkin bisa dibilang masih sangat mencintaimu

#MenulisSurat 10 Of 14

Aku yang disembunyikan

2/16/2015 12:16:00 PM 2 Comments A+ a-

Ada yang menusuk seketika mendalam dalam hati .. Ada yang menusuk relung hati ketika melihatmu berjalan dengan yang lainnya. Ada yang hancur seketika sayang :')
Aku mulai berjalan gontai sedari tadi. Aku mulai lelah dengan segala permainan ini. Aku lelah hanya jadi yang kau tutupi. Aku lelah disembunyikan. Aku lelah :') aku juga ingin pengakuan sayang :')
Sudah selama ini aku bertahan, sudah selama ini pula aku bersabar. Kamu belum sadar? Oh iya harusnya aku sudah faham kalau kamu gak pernah bisa sadar.
Aku lelah sayang, aku lelah ketika harus menyadari bahwa aku ini hanya wanita yang kau simpan, hanya wanita yang kau sembunyikan. Aku lelah sayang jika setiap aku bahagia bersamamu aku harus menyadari bahwa kamu hanya lelaki yang tak seutuhnya kumiliki :')

Aku tau aku tak pernah secantik dia, aku sadar sayang. Tapi apa gadis seperti aku tak boleh bersama pria sepertimu? Pria seperti berlian yang dikelilingi banyak wanita disekitarnya. Sayang :) mungkin memang sudah saatnya sekarang ini aku mundur dari tempat ini. Mungkin memang sudah saatnya aku pergi dan tak merusak lagi hubungan kalian. Mungkin memang sudah saatnya sekarang aku menjauh darimu. Tapi apa daya? Setiap kali aku pergi, kau mendekat lagi. Setiap kali aku menjauh, kau malah mendekat dan kau bilang aku ini juga wanitamu yang layak dipertahankan. Kau tau? Aku seperti siasia melakukan semuanya. Aku seperti mendaki gunung setinggi mungkin, sebisa mungkin, tapi pada akhirnya aku sadar bahwa aku akan turun dan jatuh lagi di tempat yang sama, tempat dimana aku akan menemukan sosokmu lagi disana. Aku seperti menyebrang lautan, yang aku sendiri tak tau dimana ujung lautan itu. Iya, siasia semua. Aku memang pecandu kopi, tapi aku baru sadar bahwa aku juga candu akan hadirmu.

Aku lelah pada semua khayalan itu. Pada janjimu untuk menjadikanku satu-satunya, pada bayang semu yang kau suguhkan, pada rindu dan cinta yang masih saja abu-abu, pada rayuan dan rencana-rencanamu yang mungkin saja tak kupahami. Kamu seakan masih buram dimataku, kau seperti awan kabut yang nanti akan hilang terjamah oleh matahari. Kau bangun segala kemegahanmu sendiri, dan aku nyaman dengan semua yang tak pasti.
Sayang :') seberapa lama lagi aku kau sembunyikan seperti ini. Seberapa lama lagi sayang? Seberapa lama aku akan bertahan dengan semua sandiwara ini? Seberapa lama kau menyimpan cerita dalam sebuah rahasia? Seberapa lama lagi aku menikmati bahagia sesaat yang kau ciptakan? Aku lelah ketika setelah aku bahagia denganmu aku harus merasakan sakit yang mendalam. Aku mulai sadar bahwa yang berjuang hanya ssebelah tangan. Bahwa kau selama ini hanya berjalan, bukan ikut memperjuangkan.

#MenulisSurat  06 of 14

2/14/2015 12:19:00 PM 0 Comments A+ a-

Hallo Guys ..
Mungkin yang emang minat ikutan, atau yang sekedar iseng, atau mungkin yang memang hobby fotografi .. yuk ikutan lomba yang satu ini :) caranya gampang kok tinggal twibbon salah satu foto kamu di salah satu akun media sosialmu. dan upload foto kamu tentang Wonderful Imlek. Yup gampang kan ? lebih jelasnya liat disini
                                  http://indonesia.travel/contest/wonderfulimlek/
Yuk Buruan daftar :) kita share apa yang ada di indonesia kita ini.
    #wonderfulimlek #wonderfulindonesia

Hujan ...

2/14/2015 12:06:00 PM 0 Comments A+ a-

Hai hujan :) kita bertemu lagi di kesempatan yang sama. kesempatan yang selalu membuatku terlempar jauh ke masa lalu. Kesempatan yang membuatku jauh tenggelam dalam kenangan.
Dan selamat malam Tuhan :) kali ini kau pasti sudah bisa menebak apa yang akan aku tulis disini. Tuhan, aku sungguh-sungguh sangat sangat yakin bahwa kau pasti sudah faham siapa yang akan ku perbincangkan disini denganmu :) iya benar, aku akan bercerita tentangnya, tentang dia yang setiap harinya selalu kurapal dalam doaku.
Sebelumnya, aku cuma mau bilang jangan bosan-bosan ya Tuhan untuk berbincang masalah ini denganku. Jangan bosan-bosan juga untuk selalu mendengarkan keluhanku tentangnya.

Aku mungkin bosan bercerita seperti ini setiap harinya. aku mungkin juga sudah mulai bosan berbincang, merapal doa, dan mengeluhkannya setiap hari kepadamu. Tapi nyatanya setiap kali aku selalu tanpa sengaja melakukan itu. Dia masih nyata dalam anganku, dia masih sungguh sangat nyata dalam fikiranku. Hidungnya yang mancung, matanya yang sipit, badannya yang mengembang seperti adonan roti yang dikasih pengembang, dan tangannya yang selalu membelai halus rambutku seperti anak kecil. Ah, imajiku mulai malayang jauh.
Entah mengapa dia tak pernah jauh dariku, dari imajiku, dari anganku, bahkan mungkin bisa dibilang dari dunia nyataku. Kudengar dia masih sering memperhatikanku, tapi kudengar dia juga sudah punya yang baru. Entahlah, yang jelas saat ini aku hanya menikmati percakapan anganku dengan Tuhan. Entah mengapa membicarakanmu dengan Tuhanku itu lebih indah daripada harus terbangun dan menyadari kenyataan.

Kau tau Tuhan? setiap kali aku bercerita seperti ini kepadamu ada rasa kelegaan tersendiri dalam hatiku. ada beban yang seketika hilang sekejap, yaa meskipun aku tau nantinya segala rasa yang ku panggil "beban" itu akan kembali lagi, setidaknya untuk saat ini aku menyingkirkannya sejenak.

#MenulisSurat 05 Of 14

Thanks :)

2/14/2015 10:09:00 AM 0 Comments A+ a-

Terimakasih Tuhan masih memberiku nafas untuk hari ini.
Hari ini, sungguh aku sangat belajar dari masa lalu ku, sungguh aku sangat belajar dari hari lalu, dari hari kemarin.
Aku baru tau Tuhan bahwa dilanda penyakit batin itu sungguh sangat menyiksa. aku baru tau Tuhan bahwa harusnya aku tak melakukan itu, tak melakukan salah yang harusnya bukan menjadi salah.
Penyesalan? iya mungkin ini yang namanya penyesalan. dari awal aku sudah faham bahwa penyesalan selalu datang belakangan. tapi aku tak pernah mau mengerti akan penyesalan.
Sudah banyak yang melarang, tapi tetap saja aku nekat menjalaninya.
Sudah banyak yang bilang jangan, tapi masih saja aku berjalan maju kesana
Aku belajar dari hari kemarin, bahwa yang ada disini tak segalanya bisa menjadi milik kita.
Aku belajar dari hari kemarin, bahwa yang pernah datang ke hidupku pasti akan pergi nantinya.
Bahwa yang pernah hilang, akan kembali ke tempatnya.
Bahwa yang pernah kulepaskan, suatu saat akan kembali pulang jika memang disinilah rumahnya.
Bahwa yang menyia-nyiakan akan disia-siakan
Tuhan, terimakasih telah memberiku nafas hingga detik ini :) terimakasih juga telah mengajarkanku untuk hidup bersosial.
Terimakasih telah membuatku mengerti bahwa yang bukan milik kita akan pergi dengan caranya sendiri, meskipun sakit tapi akhirnya aku tauyang jadi milikku akan datang dengan cara yang bahagia.

#MenulisSurat 4 Of 14

Hujan, Kamu, dan Aku

2/11/2015 03:06:00 PM 0 Comments A+ a-

Karena rindu akan selalu mengembalikan kenangan masa lalu ... Karena hujan akan selalu menenggelamkan angan dalam kenangan ...

Aku duduk terdiam dengan secangkir kopi di depanku. Langit sore kala itu tak bersahabat denganku. Hujan yang tak henti-hentinya melemparkanku jauh ke masa lalu, masa yang selalu kulawan tiap kali aku mengingatnya. Sudah satu cangkir kopi ku habiskan sendiri disini, sendiri? oh mungkin aku salah mengucapkan, mungkin lebih tepatnya denganmu, dengan kamu yang hanya ada di dalam fikiranku, iya dalam anganku. Hujan yang tak juga henti mambuatku memesan secangkir kopi lagi. Ah, aku mulai bosan. Kubuka laptopku, kupandangi sejenak desktop di layar laptopku. tertanggal Senin, 03 November. Aku masih tertegun lama dengan layar komputerku. dan sejenak aku baru ingat, ini ulang tahunmu, ulang tahunmu sayang :')

Aku semakin terlempar jauh ke masa lalu, semakin tenggelam dalam kenangan akan tentangmu. Kau mulai mengepul layaknya kepulan asap di otakku yang enggan kuusir agar kau pergi dan tak lagi kembali. tapi apa daya, aku malah semakin tenggelam ke dalam kenanganku. hujan yang turun dengan rintikannya semakin membuatku hilang dari dunia nyata. aku masuk semakin tenggelam dalam ke dunia fantasiku, mulai mengingat kejadian satu tahun yang lalu. kamu masih ingat sayang? saat itu ulang tahunmu yang ke 23, kamu masih jadi milikku, kau bukan sekedar angan seperti sekarang, kau juga tak pernah hilang dari dunia nyataku. Sama seperti saat itu, hujan juga mengiringi ulang tahunmu. Hujan juga jadi saksi pertambahan umurmu. Hai, tuan yang pernah mengisi hari-hariku :) sungguh ingin kuceritakan padamu bahwa tawamu yang renyah masih sering kurindukan, matamu yang sering mengembang karena terlalu banyak makan telur masih sering kulamunkan, dan tanganmu yang sering membelai rambutku sungguh sungguh sangat kurindukan.

Hai tuan yang pernah mengajakku berjalan mengikuti hidupmu, apa kabar kamu disana? sudah selama ini kita tidak bertemu, sudah selama ini pula kamu selalu ada dalam imajiku. kau baik baik saja kan? kau tak terlalu sering makan telur kan? sehingga matamu tak terlalu sering bengkak karena alergi. kau juga sudah tak sering tidur terlalu malam kan? ah sialnya aku masih ingat semua tentangmu, semua yang berhubungan denganmu masih melekat dalam di otakku.

Hai tuan yang pernah mengajakku membangun mimpi bersama. bisakah kau pergi perlahan dari anganku? bisakah kau mulai menjauhkan diri dari segalanya tentangku? bisakahh kau perlahan tak datang lagi ke dalam hidupku? walaupun hanya dalam sebuah angan, walaupun hanya dalam sebuah imaji, walaupun itu tak nyata. karena kau pasti sungguh tau, bahwa aku tak pernah sanggup mengusirmu dari hidupku.

#MenulisSurat- 1 Of 14