Menulis masa lalu

8/22/2015 01:33:00 PM 0 Comments A+ a-

Aku terjatuh, tiba-tiba ada yang menangkapku dari belakang. langsung saja aku kaget melihat seseorang dibelakangku, memegangiku hingga aku tercekat melihatnya, sontak seperti FTV yang ada di TV. Lamunanku buyar ketika ia membantuku menegakkan badan, dan untuk menutupi kekagetanku aku berusaha tertawa kecil diantara keadaan.
   "Alex" sambil mengulurkan tangan dan mengulum senyum diwajahnya, ia memperkenalkan dirinya.
   "Mentari" balasku singkat.
   "Lain kali hati-hati kalau jalan" balasnya sambil meninggalkanku pergi tanpa permisi.
   "Iya"

***
Aku masih ingat kejadian itu, kejadian satu tahun yang lalu, sebelum aku meninggalkan semua yang ada disini hanya untuk mengikuti papaku yang berpindah dinas ke kota lain. Memang setelah perkenalan itu, tak ada lagi perkenalan diantara kita, tak ada lagi pertemuan yang berlanjut diantara kita. Namun sampai saat ini, aku masih mengingat betul senyum manis dibibirnya, maih teringat benar walau hanya sesingkat saja. Dan sejak saat itu, aku mulai merasakan hal yang lebih didalam hati. Cinta? Entahlah, aku tak berani menebaknya, bahkan bertemu saja kita baru sekali ini, mana mungkin ada cinta pada pandangan pertama? Iya, dari dulu aku tak pernah percaya cinta pada pandangan pertama, mungkin saat itu aku saja yang lemah. Lalu ini apa? satu tahun sudah, tapi rasa itu masih ada. Bahkan kini, seolah ada rindu yang menggebu yang ingin untuk bertemu. Lalu ini apa? Ketika semuanya selalu teringat berulang di setiap harinya. Ini apa?

   Kopi dan hujan kala itu seolah melengkapi semua kenanganku, seolah menjadi penguat bahwa semua kenangan itu kini kembali, dan bayangannya semakin hari semakin menjadi nyata. Memang, kopi, hujan, juga kenangan seolah menjadi kombinasi yang sangat lengkap untuk dituangkan ke dalam tulisan. Seolah mendorong semua isi otakku untuk dimuntahkan ke dalam tulisan. Seolah semua isi hati juga ikut berteriak untuk diungkapkan. Aku masih tak percaya bahwa ini cinta, terang saja, aku hanya bertatap sekali saja, bahkan dalam pertemuan itu aku hanya sempat mengenal namanya. Jujur, kali ini aku kalah Tuhan, kalah melawan diriku sendiri, kalah dalam perang rindu di dalam hati, kalah untuk tau apa maksud hatiku ini.

   Satu jam berlalu, sejak kutulis tulisan ini untuk membunuh sepi dalam perjalanan yang kulalui kali ini. Oh tunggu, sepertinya aku lupa menceritakan di awal bahwa aku sedang dalam perjalanan pulang ke kota asalku, kota dimana aku bertemu dia dulu. Yap, Jogja. Sejam yang lalu, aku duduk di kursi bus di dekat kaca ini, aku sengaja mengambil tempat di dekat kaca agar aku bisa menikmati rintihan air hujan yang ikut mengantarkanku kembali ke kampung halaman. Aku mulai bosan, kututup note yang ada di handphoneku, kupasang headset yang memang sengaja kusiapkan agar aku tak bosan dalam perjalanan, lalu ku dengarkan hingga kantuk mulai menghinggap dalam diri, dan entah sadar atau tidak perlahan aku mulai menyandarkan kepalaku pada lelaki disebelahku, lelaki yang duduk sekitar 30menit yang lalu ketika bus ini berhenti di salah satu terminal tadi.

*****
#bersambung

Baca doang? Sini sedekah komentar :) nanti gue kunjungin balik kok :D
Buat yang belum ada akun buat komentar, bisa komentar pake "anonymous" :)